Selasa, 07 Agustus 2012

Jiwa yang Tenang.


Sahabat-sahabat sekalian, Ijinkan saya seperti biasa menuliskan rangkuman singkat dari acara Mario Teguh Golden Ways dalam episode : Jiwa yang Tenang.Judikanaibaho@blogspot.com
Bagaimana mendapatkan jiwa yang tenang dalam kehidupan kita?


Ada 3 hal yang akan menenangkan kegelisahan jiwa, yaitu:
1. Keikhlasan
2. Kesyukuran
3. Keharusan memampukan diri
Apabila ada masalah terjadi, ada kesulitan, ada tantangan, katakanlah “Aku harus ikhlas, bersyukur dan memampukan diri“.
Orang yang ikhlas, bersyukur, dan selalu bekerja untuk memampukan diri tidak mungkin hatinya bisa digelisahkan oleh masalah-masalah yang lebih kecil dari dirinya.
Kita akan selalu lebih besar kemampuan kita daripada masalah yang dihadiahkan oleh Tuhan.
Apakah kita harus menghindari masalah dalam hidup untuk mendapatkan jiwa yang tenang?
Masalah atau kesulitan tidak akan hilang dalam kehidupan. “Hidup itu sulit” memang benar, tidak ada yang mengatakan hidup ini mudah. itu sebabnya kita harus memampukan diri sehingga yang dulu menyulitkan kita tidak lagi sekarat.
Tugas kita bukan mengecilkan masalah, bukan menghapus masalah, tetapi menjadi pribadi-pribadi yang lebih besar dari pada masalah yang dihadapi dalam kehidupan kita.
Mengapa kegelisahan itu kebanyakan datang dari orang-orang terdekat?
Cinta itu tidak mungkin membuat kita tidak peduli, dan cinta itu selalu membuat kita menuntut.
Tuntutan pertama dari cinta adalah “Engkau milikku,itu sebabnya cinta harus memiliki.”
Karena harus memiliki, kita ingin dia menjadi yang terbaik, jika dia tidak menjadi yang terbaik kita marah. Itu sebabnya kita lebih mudah marah kepada anggota keluarga daripada orang lain.
Semakin anda mencintai semakin anda mudah marah. Enaknya kalau orang tahu itu bisa mencegah sebelum sesuatu terjadi. Jadi jika kita menuntut orang yang kita cintai, bersabarlah karena anda belum tentu jadi yang terbaik baginya.
Apakah orang yang sabar termasuk kategori orang yang hatinya tenang?
Sabar bukan sifat, tapi akibat dari ikhlas dan bersyukur. Orang sabar itu akibat dari pemikiran yang ikhlas dari hati yang bersyukur dan dia tahu dia harus memampukan diri. Tuhan tahu kita harus memampukan diri.
Kalau kita berusaha ikhlas, apakah menerima semua permasalahan dan kekurangan yang kita miliki, Ikhlas untuk yang sudah terjadi, tapi jangan ikhlas kalau belum terjadi, upayakan yang terbaik.
Keikhlasan itu menerima Tuhan dengan segala kebenarannya.
Ikhlas itu tidak mengarang-ngarang lagi mengenai fatwa, haram, halal, tidak ada karangan dalam hidup.
Manusia yang mengeluarkan fatwa itu tidak membuat fatwa, dia hanya mengambil dari yang telah ditetapkan Tuhan, lalu disampaikan kepada saudaranya dengan perasaan takut salah.
Keikhlasan itu menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan sebagai kebenaran sebagai pedoman hidup menjadikan kita “up” tertuntun dalam “logika iman.
Logika yang berdasarkan iman kebenarannya tidak mungkin salah, karena kebenaran yang tersambung dalam kebenaran dunia dengan akhirat.
Siapakah yang lebih besar memiliki rasa ikhlas?, apakah orang yang memiliki jiwa yang tenang atau orang yang memiliki jiwa yang besar?
Jiwa yang tenang adalah kualitas hasil dari 3 hal: ikhlas, syukur dan memampukan diri…
Jadi yang paling tenang adalah yang paling ikhlas, paling bersyukur, dan paling memampukan diri.
Ketenangan bukanlah keadaan yang tanpa masalah, tapi keanggunan karena meyakini apapun yang terjadi adalah untuk kebaikan, bisa dan akan terselesaikan dengan baik.
IKHLAS ADALAH SEGALA SESUATU YANG DISAMPAIKAN SEBAGAI KEBENARAN OLEH TUHAN YANG HARUS DITERIMA.
Orang yang jiwanya tenang, hatinya tidak berbicara ketika melihat orang lain terutama ketika melihat yang aneh-aneh. Masalah hati bisa berkurang dengan cara mendoakannya..
ORANG-ORANG YANG SULIT MEMBUAT SESEORANG UNTUK DAMAI ADALAH ORANG-ORANG YANG MASIH MEMILIKI SIFAT SOMBONG, PENCEMOOH, DAN MUNAFIK.
Bagaimana cara mendapatkan jiwa yang tenang secara konsisten?, karena biasanya jiwa kita tenang hanya sesaat.
Jiwa yang tenang hidupnya diserahkan kepada Tuhan….
Apa yang membedakan ketenangan jiwa dengan ketenangan pikiran?
Semua kehidupan kita baik kalau juga hatinya baik..
Hati tidak baik kalau pikirannya tidak baik.
Hati menentukan kualitas hidup..
Kualitas hati ditentukaan oleh kualitas pikiran
Pikiran bisa dibangun dengan ilmu dan pengetahuan..
Orang yang tahu, tahu cara mengelola hatinya, lalu dirinya menjadi baik.
“BERSERAHLAH, PASRAHKANLAH DIRIMU KEPADA TUHAN, AGAR DIRIMU MENJADI SEPENUHNYA BUAT-NYA, KEMUDIAN TUHAN TIDAK AKAN MUNGKIN MENYIA-NYIAKANMU.”
Ikhlas itu seperti bagian tangkai yang bergerak yang naik turun, kalau tidak kita bidik ia akan meleset, jadi setiap hari ia harus menjadi pribadi yang awas, yang tahu apa yang sedang terjadi dan menyesuaikan keikhlasan dan kesyukurun dengan apa yang terjadi saat itu..
Adakah batasan-batasan yang harus kita ketahui ketika kita ada keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih mampu?
Bagi impian kita tidak ada batas, biasanya yang membatasi impian kita adalah tingkat upaya kita.
“Tidak ada impian yang terlalu tinggi, yang ada adalah upaya yang tidak cukup.”
Tuhan menetapkan, kamu tidak akan merubah nasibmu kecuali kamu berupaya.
Kesimpulan:
Kalau anda ikhlas menjadi orang kecil, saya heran karena tidak ada orang ikhlas jadi orang kecil.
Tugas kita adalah sebagai khalifah, dalam diri kita sudah ada tugas-tugas sebagai khalifah, itu tanda bahwa kita itu penting. Anda itu penting bagi Tuhan, maka tugas anda adalah meminta dan berdoa kepada Tuhan..
….Yuk.. kita jadi orang yang oleh Tuhan ditenagai dengan hebat…
….karena kita memutuskan untuk menjadi jiwa yang …
….Ikhlas….bersyukur…. dan memampukan diri…
Demikian rangkuman singkat dari Mario Teguh Golden Ways dalam episode Jiwa Yang Tenang. Mohon maaf jika terjadi banyak kekurangan dalam teknik penulisan, dan semoga bisa memberikan manfaat. (Sukses buat Kita semua)

Posted: 04 Aug 2012 09:39 PM PDT
Dikisahkan di sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek nenek yang dikenal sangat rukun nan romantis.
Di meja makan tersedia hidangan ikan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakek melayani sang nenek dengan mengambilkannya kepala ikan, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuk dirinya.

Sang nenek terdengar berkata, “Suamiku, kita telah menikah 50 tahun. Dan selama ini aku begitu mencintaimu. Namun terus terang, aku kecewa mengapa engkau selalu hanya memberiku kepala ikan saja bahkan sampai hari ini? Tahukah engkau kalau sebetulnya aku sangat tidak suka makan kepala ikan? Selama 50 tahun ini aku selalu berusaha memberikan bagian daging terbaik untukmu dan hanya menyantap kepala ikan yg tdk enak ini. Engkau sungguh tidak memahamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”
Mendengar ungkapan kekecewaan sang nenek, sang kakek terkejut dan hatinya sangat sedih mendengarkannya. Akhirnya, sang kakek pun menjawab, “Istriku, saat engkau memutuskan menikah denganku, aku bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan kesukaanku sejak kecil. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan favoritku. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.
Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis terharu. Merekapun akhirnya berpelukan.
Kadang hanya karena masalah sepele, hubungan sampai kandas. Kualitas hubungan tergantung pada seberapa jauh kita mengenali orang lain, seberapa besar kita memahami dan memakluminya. Butuh kelapangan dada dan kebesaran jiwa.
Mari belajar memahami pasangan, saudara, sahabat dan kerabat dengan kerendahan hati. Selalulah berpikir, berkata dan bertindaklah secara bajik nan bijak… Selamat menikmati hidup dengan kualitas terbaik.


Boleh maksiat asal jangan
Ada kisah menarik dari para kekasih Allah yang bisa kita jadikan tauladan. Suatu ketika, ada seseorang yang menjumpai Ibrahim bin Adham RA. Ia kemudian berkata sembari meminta nasihat kepadanya, “Wahai Abu Ishaq (panggilan akrab Ibrahim bin Adham RA) ,aku ini gemar sekali berbuat maksiat. Aku ingin berhenti, tetapi sering tidak bisa. Karena itu, tolonglah aku. Berilah aku nasihat agar aku tidak bermaksiat lagi.


Ibrahim bin Adham RA. menjawab, “Bagiku, tak masalah engkau gemar berbuat maksiat, asalkan engkau memenuhi dulu lima syarat.
Heran campur bingung, lelaki itu bertanya,
Apa saja lima syarat itu, wahai Abu Ishaq, sehingga saya dapat bebas berbuat maksiat?
Syarat pertama,” kata Ibrahim bin Adham, “Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah, janganlah engkau makan dari rezeki-Nya.
“Lalu, saya mau makan apa? Semua yang saya makan adalah rezeki dari Allah.”
Kalau begitu, pantaskah engkau memakan rezeki dari Allah, sedangkan engkau suka melanggar perintah-Nya?” jawab Ibrahim.
“Baiklah. Apa syarat yang kedua?”
“Kalau engkau ingin bermaksiat kepada Allah, janganlah engkau tinggal di bumi-Nya.”
“Kalau bukan di bumi milik Allah, aku harus tinggal di mana? Bumi dan langit ini semuanya milik Allah.”
“Kalau begitu, layakkah engkau makan dari rezeki Allah dan tinggal di bumi-Nya, sedangkan engkau gemar menentang aturan-Nya?”
Orang itu terdiam. Namun, ia kemudian bertanya lagi, “Baiklah. Terus, apa syarat yang ketiga?”
Jika engkau ingin tetap makan dari rezeki Allah dan tetap tinggal di bumi milik-Nya, namun engkau pun tetap ingin bermaksiat kepada-Nya, silakan saja, asal engkau lakukan itu di tempat yang tidak dilihat oleh-Nya.
Wahai, Abu Ishaq,” kata lelaki itu, “Mana mungkin saya bersembunyi di tempat yang tidak dilihat-Nya, sementara Dia adalah Zat Yang Maha Awas?”
Jika demikian, lalu mengapa engkau tetap bermaksiat kepada-Nya?” tegas Ibrahim lagi.
“Baiklah. Sekarang, apa syarat yang keempat?”
Kalau Malaikat Maut datang menjemputmu, sedangkan engkau dalam keadaan bermaksiat kepada Allah, katakan saja kepadanya, ‘Nanti saja, jangan cabut nyawaku dulu. Beri dulu aku kesempatan untuk bertobat dan beramal salih.’”
“Wahai Abu Ishaq, mana mungkin?”
“Kalau engkau sadar bahwa kematian tidak bisa ditunda, lalu mengapa engkau tetap tak mengindahkan perintah dan larangan-Nya?”
“Baiklah. Sekarang, apa syarat yang kelima.
“Apakah engkau sudah tahu nasibmu nanti di akhirat, apakah masuk surga atau masuk neraka?” tanya Ibrahim balik bertanya.
“Tentu saja saya tidak tahu.”
“Kalau engkau tidak tahu nasibmu nanti di akhirat, apakah masuk surga atau masuk neraka, hal itu seharusnya sudah cukup untuk menghentikan dirimu dari kegemaranmu berbuat maksiat kepada-Nya.”
Orang itu pun menangis. Ia kemudian berkata, “Wahai Abu Ishaq, cukup. Jangan Anda teruskan lagi. Mulai hari ini, aku akan bertobat dengan sebenar-benarnya kepada Allah. Aku berjanji, mulai hari ini aku tidak akan bermaksiat lagi.”
Demikianlah, sejak nasihat itu, lelaki itu berubah menjadi orang yang shalih dan berusaha menjauhi segala kemaksiatan kepada Allah.
Ya Allah! Janganlah Engkau hinakan aku di bulan suci ini karena perbuatan maksiatku terhadap-MU, dan janganlah Engkau cambuk aku dengan cambuk balasan-MU. Jauhkanlah aku dari hal-hal yang dapat menyebabkan kemurkaan-MU, dengan kelembutan dan ketinggian rahmat-Mu, Wahai Dzat Yang Maha Kasih Sayang.

Sangat banyak hal sederhana dalam kehidupan ini, yang sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga. Contoh sederhana yang bisa kita jadikan pelajaran adalah, Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.



Jadi……
Satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala,
tetapi tidak mempunyai otak,
oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak; jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup, ia makan semut.
Ketika burung mati, semut memakan burung.
Waktu terus berputar sepanjang jaman.
Siklus kehidupan terus berlanjut.
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.


Kita mungkin berkuasa tapi waktu lebih berkuasa daripada kita.
Ketka kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita, sehingga kita PD melakukan apa saja.
Waktu kita tak berdaya, barulah kita sadar selama ini siapa sahabat sejati kita, siapa teman yang hanya memperalat & menggunakan kita.
Ketika kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta.
Manakala kita miskin, kita baru tahu jadi orang itu harus banyak memberi / bersedekah dan saling membantu.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Sadarilah… Hidup ini tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP INI LEBIH BERHARGA
Saling menghargai,
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat,
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman/memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai…
Selamat berakhir pekan….
Pilihan itu ada di tangan anda
Sangat banyak hal sederhana dalam kehidupan ini, yang sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga. Contoh sederhana yang bisa kita jadikan pelajaran adalah, Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.



Jadi……
Satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala,
tetapi tidak mempunyai otak,
oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak; jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup, ia makan semut.
Ketika burung mati, semut memakan burung.
Waktu terus berputar sepanjang jaman.
Siklus kehidupan terus berlanjut.
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.
Kita mungkin berkuasa tapi waktu lebih berkuasa daripada kita.
Ketka kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita, sehingga kita PD melakukan apa saja.
Waktu kita tak berdaya, barulah kita sadar selama ini siapa sahabat sejati kita, siapa teman yang hanya memperalat & menggunakan kita.
Ketika kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta.
Manakala kita miskin, kita baru tahu jadi orang itu harus banyak memberi / bersedekah dan saling membantu.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Sadarilah… Hidup ini tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP INI LEBIH BERHARGA
Saling menghargai,
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat,
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman/memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai…
Selamat berakhir pekan….

Kisah hidangan kepala ikan
Dikisahkan di sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek nenek yang dikenal sangat rukun nan romantis.
Di meja makan tersedia hidangan ikan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakek melayani sang nenek dengan mengambilkannya kepala ikan, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuk dirinya.

Sang nenek terdengar berkata, “Suamiku, kita telah menikah 50 tahun. Dan selama ini aku begitu mencintaimu. Namun terus terang, aku kecewa mengapa engkau selalu hanya memberiku kepala ikan saja bahkan sampai hari ini? Tahukah engkau kalau sebetulnya aku sangat tidak suka makan kepala ikan? Selama 50 tahun ini aku selalu berusaha memberikan bagian daging terbaik untukmu dan hanya menyantap kepala ikan yg tdk enak ini. Engkau sungguh tidak memahamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”
Mendengar ungkapan kekecewaan sang nenek, sang kakek terkejut dan hatinya sangat sedih mendengarkannya. Akhirnya, sang kakek pun menjawab, “Istriku, saat engkau memutuskan menikah denganku, aku bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan kesukaanku sejak kecil. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan favoritku. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.
Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis terharu. Merekapun akhirnya berpelukan.
Kadang hanya karena masalah sepele, hubungan sampai kandas. Kualitas hubungan tergantung pada seberapa jauh kita mengenali orang lain, seberapa besar kita memahami dan memakluminya. Butuh kelapangan dada dan kebesaran jiwa.
Mari belajar memahami pasangan, saudara, sahabat dan kerabat dengan kerendahan hati. Selalulah berpikir, berkata dan bertindaklah secara bajik nan bijak… Selamat menikmati hidup dengan kualitas terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar