Sahabat-sahabat
sekalian, Ijinkan saya seperti biasa menuliskan rangkuman singkat dari acara
Mario Teguh Golden Ways dalam episode : Jiwa yang Tenang.Judikanaibaho@blogspot.com
Bagaimana mendapatkan
jiwa yang tenang dalam kehidupan kita?
Ada 3 hal yang akan
menenangkan kegelisahan jiwa, yaitu:
1. Keikhlasan
2. Kesyukuran
3. Keharusan memampukan diri
1. Keikhlasan
2. Kesyukuran
3. Keharusan memampukan diri
Apabila ada masalah
terjadi, ada kesulitan, ada tantangan, katakanlah “Aku harus ikhlas,
bersyukur dan memampukan diri“.
Orang yang ikhlas,
bersyukur, dan selalu bekerja untuk memampukan diri tidak mungkin hatinya bisa
digelisahkan oleh masalah-masalah yang lebih kecil dari dirinya.
Kita akan selalu
lebih besar kemampuan kita daripada masalah yang dihadiahkan oleh Tuhan.
Apakah kita harus
menghindari masalah dalam hidup untuk mendapatkan jiwa yang tenang?
Masalah atau
kesulitan tidak akan hilang dalam kehidupan. “Hidup itu sulit” memang
benar, tidak ada yang mengatakan hidup ini mudah. itu sebabnya kita harus
memampukan diri sehingga yang dulu menyulitkan kita tidak lagi sekarat.
Tugas kita bukan
mengecilkan masalah, bukan menghapus masalah, tetapi menjadi pribadi-pribadi
yang lebih besar dari pada masalah yang dihadapi dalam kehidupan kita.
Mengapa kegelisahan
itu kebanyakan datang dari orang-orang terdekat?
Cinta itu tidak
mungkin membuat kita tidak peduli, dan cinta itu selalu membuat kita menuntut.
Tuntutan pertama dari
cinta adalah “Engkau milikku,itu sebabnya cinta harus memiliki.”
Karena harus
memiliki, kita ingin dia menjadi yang terbaik, jika dia tidak menjadi yang
terbaik kita marah. Itu sebabnya kita lebih mudah marah kepada anggota keluarga
daripada orang lain.
Semakin anda
mencintai semakin anda mudah marah. Enaknya kalau orang tahu itu bisa mencegah
sebelum sesuatu terjadi. Jadi jika kita menuntut orang yang kita cintai,
bersabarlah karena anda belum tentu jadi yang terbaik baginya.
Apakah orang yang
sabar termasuk kategori orang yang hatinya tenang?
Sabar bukan sifat,
tapi akibat dari ikhlas dan bersyukur. Orang sabar itu akibat dari pemikiran
yang ikhlas dari hati yang bersyukur dan dia tahu dia harus memampukan diri.
Tuhan tahu kita harus memampukan diri.
Kalau kita berusaha
ikhlas, apakah menerima semua permasalahan dan kekurangan yang kita miliki,
Ikhlas untuk yang sudah terjadi, tapi jangan ikhlas kalau belum
terjadi, upayakan yang terbaik.
Keikhlasan itu
menerima Tuhan dengan segala kebenarannya.
Ikhlas itu tidak
mengarang-ngarang lagi mengenai fatwa, haram, halal, tidak ada karangan dalam
hidup.
Manusia yang
mengeluarkan fatwa itu tidak membuat fatwa, dia hanya mengambil dari yang telah
ditetapkan Tuhan, lalu disampaikan kepada saudaranya dengan perasaan takut
salah.
Keikhlasan itu
menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan sebagai kebenaran sebagai
pedoman hidup menjadikan kita “up” tertuntun dalam “logika iman.“
Logika yang
berdasarkan iman kebenarannya tidak mungkin salah, karena kebenaran yang
tersambung dalam kebenaran dunia dengan akhirat.
Siapakah yang lebih
besar memiliki rasa ikhlas?, apakah orang yang memiliki jiwa yang tenang atau orang yang memiliki jiwa
yang besar?
Jiwa yang tenang
adalah kualitas hasil dari 3 hal: ikhlas, syukur dan memampukan diri…
Jadi yang paling
tenang adalah yang paling ikhlas, paling bersyukur, dan paling memampukan diri.
Ketenangan bukanlah
keadaan yang tanpa masalah, tapi keanggunan karena meyakini apapun yang terjadi
adalah untuk kebaikan, bisa dan akan terselesaikan dengan baik.
IKHLAS ADALAH SEGALA
SESUATU YANG DISAMPAIKAN SEBAGAI KEBENARAN OLEH TUHAN YANG HARUS DITERIMA.
Orang yang jiwanya
tenang, hatinya tidak berbicara ketika melihat orang lain terutama ketika
melihat yang aneh-aneh. Masalah hati bisa berkurang dengan cara
mendoakannya..
ORANG-ORANG YANG
SULIT MEMBUAT SESEORANG UNTUK DAMAI ADALAH ORANG-ORANG YANG MASIH MEMILIKI
SIFAT SOMBONG, PENCEMOOH, DAN MUNAFIK.
Bagaimana cara
mendapatkan jiwa yang tenang secara konsisten?, karena biasanya jiwa kita
tenang hanya sesaat.
Jiwa yang tenang
hidupnya diserahkan kepada Tuhan….
Apa yang membedakan
ketenangan jiwa dengan ketenangan pikiran?
Semua kehidupan kita
baik kalau juga hatinya baik..
Hati tidak baik kalau pikirannya tidak baik.
Hati tidak baik kalau pikirannya tidak baik.
Hati menentukan
kualitas hidup..
Kualitas hati ditentukaan oleh kualitas pikiran
Kualitas hati ditentukaan oleh kualitas pikiran
Pikiran bisa dibangun
dengan ilmu dan pengetahuan..
Orang yang tahu, tahu cara mengelola hatinya, lalu dirinya menjadi baik.
Orang yang tahu, tahu cara mengelola hatinya, lalu dirinya menjadi baik.
“BERSERAHLAH,
PASRAHKANLAH DIRIMU KEPADA TUHAN, AGAR DIRIMU MENJADI SEPENUHNYA BUAT-NYA,
KEMUDIAN TUHAN TIDAK AKAN MUNGKIN MENYIA-NYIAKANMU.”
Ikhlas itu seperti
bagian tangkai yang bergerak yang naik turun, kalau tidak kita bidik ia
akan meleset, jadi setiap hari ia harus menjadi pribadi yang awas, yang
tahu apa yang sedang terjadi dan menyesuaikan keikhlasan dan kesyukurun
dengan apa yang terjadi saat itu..
Adakah
batasan-batasan yang harus kita ketahui ketika kita ada keinginan untuk menjadi
pribadi yang lebih mampu?
Bagi impian kita
tidak ada batas, biasanya yang membatasi impian kita adalah tingkat upaya kita.
“Tidak ada impian
yang terlalu tinggi, yang ada adalah upaya yang tidak cukup.”
Tuhan menetapkan,
kamu tidak akan merubah nasibmu kecuali kamu berupaya.
Kesimpulan:
Kalau anda ikhlas
menjadi orang kecil, saya heran karena tidak ada orang ikhlas jadi orang
kecil.
Tugas kita adalah
sebagai khalifah, dalam diri kita sudah ada tugas-tugas sebagai khalifah, itu
tanda bahwa kita itu penting. Anda itu penting bagi Tuhan, maka tugas anda
adalah meminta dan berdoa kepada Tuhan..
….Yuk.. kita jadi orang
yang oleh Tuhan ditenagai dengan hebat…
….karena kita memutuskan untuk menjadi jiwa yang …
….Ikhlas….bersyukur…. dan memampukan diri…
….karena kita memutuskan untuk menjadi jiwa yang …
….Ikhlas….bersyukur…. dan memampukan diri…
Demikian rangkuman
singkat dari Mario Teguh Golden Ways dalam episode Jiwa Yang Tenang. Mohon maaf jika terjadi
banyak kekurangan dalam teknik penulisan, dan semoga bisa memberikan manfaat. (Sukses
buat Kita semua)
Posted: 04 Aug 2012 09:39
PM PDT
Dikisahkan di sebuah pesta emas
peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek nenek yang dikenal sangat rukun
nan romantis.
Di meja makan tersedia hidangan ikan
yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakek melayani sang nenek
dengan mengambilkannya kepala ikan, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuk
dirinya.
Sang nenek terdengar berkata, “Suamiku,
kita telah menikah 50 tahun. Dan selama ini aku begitu mencintaimu. Namun terus
terang, aku kecewa mengapa engkau selalu hanya memberiku kepala ikan saja
bahkan sampai hari ini? Tahukah engkau kalau sebetulnya aku sangat tidak suka
makan kepala ikan? Selama 50 tahun ini aku selalu berusaha memberikan bagian
daging terbaik untukmu dan hanya menyantap kepala ikan yg tdk enak ini. Engkau
sungguh tidak memahamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”
Mendengar ungkapan kekecewaan sang
nenek, sang kakek terkejut dan hatinya sangat sedih mendengarkannya. Akhirnya,
sang kakek pun menjawab, “Istriku, saat engkau memutuskan menikah denganku,
aku bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik
untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan kesukaanku sejak
kecil. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena
aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak
pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan favoritku. Aku hanya bisa
menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku
minta maaf, istriku.”
Mendengar hal tersebut, sang nenek pun
menangis terharu. Merekapun akhirnya berpelukan.
Kadang hanya karena masalah sepele,
hubungan sampai kandas. Kualitas hubungan tergantung pada seberapa jauh
kita mengenali orang lain, seberapa besar kita memahami dan memakluminya. Butuh
kelapangan dada dan kebesaran jiwa.
Mari belajar memahami pasangan,
saudara, sahabat dan kerabat dengan kerendahan hati. Selalulah berpikir,
berkata dan bertindaklah secara bajik nan bijak… Selamat menikmati hidup dengan
kualitas terbaik.
Boleh maksiat asal jangan
Ada kisah menarik
dari para kekasih Allah yang bisa kita jadikan tauladan. Suatu ketika, ada
seseorang yang menjumpai Ibrahim bin Adham RA. Ia kemudian berkata sembari
meminta nasihat kepadanya, “Wahai Abu Ishaq (panggilan
akrab Ibrahim bin Adham RA) ,aku ini gemar sekali berbuat maksiat. Aku
ingin berhenti, tetapi sering tidak bisa. Karena itu, tolonglah aku. Berilah
aku nasihat agar aku tidak bermaksiat lagi.”
Ibrahim bin Adham RA. menjawab, “Bagiku, tak masalah engkau gemar berbuat maksiat, asalkan engkau memenuhi dulu lima syarat.”
Heran campur bingung,
lelaki itu bertanya,
“Apa saja lima syarat itu, wahai Abu Ishaq, sehingga saya dapat bebas berbuat maksiat?”
“Apa saja lima syarat itu, wahai Abu Ishaq, sehingga saya dapat bebas berbuat maksiat?”
“Syarat pertama,”
kata Ibrahim bin Adham, “Jika engkau ingin bermaksiat kepada Allah,
janganlah engkau makan dari rezeki-Nya.”
“Lalu, saya mau makan
apa? Semua yang saya makan adalah rezeki dari Allah.”
“Kalau begitu,
pantaskah engkau memakan rezeki dari Allah, sedangkan engkau suka melanggar
perintah-Nya?” jawab Ibrahim.
“Baiklah. Apa syarat
yang kedua?”
“Kalau engkau ingin bermaksiat kepada Allah, janganlah engkau tinggal di bumi-Nya.”
“Kalau engkau ingin bermaksiat kepada Allah, janganlah engkau tinggal di bumi-Nya.”
“Kalau bukan di bumi
milik Allah, aku harus tinggal di mana? Bumi dan langit ini semuanya milik
Allah.”
“Kalau begitu,
layakkah engkau makan dari rezeki Allah dan tinggal di bumi-Nya, sedangkan
engkau gemar menentang aturan-Nya?”
Orang itu terdiam.
Namun, ia kemudian bertanya lagi, “Baiklah. Terus, apa syarat yang ketiga?”
“Jika engkau ingin
tetap makan dari rezeki Allah dan tetap tinggal di bumi milik-Nya, namun engkau
pun tetap ingin bermaksiat kepada-Nya, silakan saja, asal engkau lakukan itu di
tempat yang tidak dilihat oleh-Nya.”
“Wahai, Abu Ishaq,”
kata lelaki itu, “Mana mungkin saya bersembunyi di tempat yang tidak
dilihat-Nya, sementara Dia adalah Zat Yang Maha Awas?”
“Jika demikian,
lalu mengapa engkau tetap bermaksiat kepada-Nya?” tegas Ibrahim lagi.
“Baiklah. Sekarang,
apa syarat yang keempat?”
“Kalau Malaikat Maut datang menjemputmu, sedangkan engkau dalam keadaan bermaksiat kepada Allah, katakan saja kepadanya, ‘Nanti saja, jangan cabut nyawaku dulu. Beri dulu aku kesempatan untuk bertobat dan beramal salih.’”
“Kalau Malaikat Maut datang menjemputmu, sedangkan engkau dalam keadaan bermaksiat kepada Allah, katakan saja kepadanya, ‘Nanti saja, jangan cabut nyawaku dulu. Beri dulu aku kesempatan untuk bertobat dan beramal salih.’”
“Wahai Abu Ishaq,
mana mungkin?”
“Kalau engkau sadar bahwa kematian tidak bisa ditunda, lalu mengapa engkau tetap tak mengindahkan perintah dan larangan-Nya?”
“Kalau engkau sadar bahwa kematian tidak bisa ditunda, lalu mengapa engkau tetap tak mengindahkan perintah dan larangan-Nya?”
“Baiklah. Sekarang,
apa syarat yang kelima.”
“Apakah engkau sudah tahu nasibmu nanti di akhirat, apakah masuk surga atau masuk neraka?” tanya Ibrahim balik bertanya.
“Apakah engkau sudah tahu nasibmu nanti di akhirat, apakah masuk surga atau masuk neraka?” tanya Ibrahim balik bertanya.
“Tentu saja saya tidak tahu.”
“Kalau engkau tidak tahu nasibmu nanti di akhirat, apakah masuk surga atau masuk neraka, hal itu seharusnya sudah cukup untuk menghentikan dirimu dari kegemaranmu berbuat maksiat kepada-Nya.”
“Kalau engkau tidak tahu nasibmu nanti di akhirat, apakah masuk surga atau masuk neraka, hal itu seharusnya sudah cukup untuk menghentikan dirimu dari kegemaranmu berbuat maksiat kepada-Nya.”
Orang itu pun
menangis. Ia kemudian berkata, “Wahai Abu Ishaq, cukup. Jangan Anda teruskan
lagi. Mulai hari ini, aku akan bertobat dengan sebenar-benarnya kepada Allah.
Aku berjanji, mulai hari ini aku tidak akan bermaksiat lagi.”
Demikianlah, sejak
nasihat itu, lelaki itu berubah menjadi orang yang shalih dan berusaha menjauhi
segala kemaksiatan kepada Allah.
Ya Allah! Janganlah
Engkau hinakan aku di bulan suci ini karena perbuatan maksiatku terhadap-MU,
dan janganlah Engkau cambuk aku dengan cambuk balasan-MU. Jauhkanlah aku dari
hal-hal yang dapat menyebabkan kemurkaan-MU, dengan kelembutan dan ketinggian rahmat-Mu,
Wahai Dzat Yang Maha Kasih Sayang.
Sangat banyak hal sederhana dalam
kehidupan ini, yang sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga. Contoh sederhana yang bisa kita jadikan
pelajaran adalah, Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi
satu batang korek api dapat membakar jutaan pohon.
Jadi……
Satu pikiran negatif dapat membakar
semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala,
tetapi tidak mempunyai otak,
oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
tetapi tidak mempunyai otak,
oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak;
jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup, ia makan semut.
Ketika burung mati, semut memakan burung.
Ketika burung mati, semut memakan burung.
Waktu terus berputar sepanjang jaman.
Siklus kehidupan terus berlanjut.
Siklus kehidupan terus berlanjut.
Jangan merendahkan siapapun dalam
hidup. Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain, bukan
karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.
Kita mungkin berkuasa tapi waktu lebih
berkuasa daripada kita.
Ketka kita sedang jaya, kita merasa
banyak teman di sekeliling kita, sehingga kita PD melakukan apa saja.
Waktu kita tak berdaya, barulah kita
sadar selama ini siapa sahabat sejati kita, siapa teman yang hanya memperalat
& menggunakan kita.
Ketika kita sakit, kita baru tahu bahwa
sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta.
Manakala kita miskin, kita baru tahu
jadi orang itu harus banyak memberi / bersedekah dan saling membantu.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau
masih banyak yang belum dikerjakan.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Sadarilah… Hidup ini tidaklah lama,
sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP INI LEBIH BERHARGA
Saling menghargai,
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat,
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman/memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai…
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat,
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman/memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai…
Selamat berakhir pekan….
Pilihan itu ada di
tangan anda
Sangat banyak hal sederhana dalam
kehidupan ini, yang sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga. Contoh
sederhana yang bisa kita jadikan pelajaran adalah, Satu pohon dapat membuat
jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api dapat membakar jutaan
pohon.
Jadi……
Satu pikiran negatif dapat membakar
semua pikiran positif.
Korek api mempunyai kepala,
tetapi tidak mempunyai otak,
oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
tetapi tidak mempunyai otak,
oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak;
jadi kita tidak perlu kebakaran jenggot hanya karena gesekan kecil.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Dengan menggunakan otak, kita dapat mengurangi stress.
Ketika burung hidup, ia makan semut.
Ketika burung mati, semut memakan burung.
Ketika burung mati, semut memakan burung.
Waktu terus berputar sepanjang jaman.
Siklus kehidupan terus berlanjut.
Siklus kehidupan terus berlanjut.
Jangan merendahkan siapapun dalam
hidup. Akan tetapi kita harus menunjukkan penghargaan pada orang lain, bukan
karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.
Kita mungkin berkuasa tapi waktu lebih
berkuasa daripada kita.
Ketka kita sedang jaya, kita merasa banyak
teman di sekeliling kita, sehingga kita PD melakukan apa saja.
Waktu kita tak berdaya, barulah kita
sadar selama ini siapa sahabat sejati kita, siapa teman yang hanya memperalat
& menggunakan kita.
Ketika kita sakit, kita baru tahu bahwa
sehat itu sangat penting, jauh melebihi harta.
Manakala kita miskin, kita baru tahu
jadi orang itu harus banyak memberi / bersedekah dan saling membantu.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau
masih banyak yang belum dikerjakan.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Dan….., setelah di ambang ajal, kita baru tahu ternyata begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Sadarilah… Hidup ini tidaklah lama,
sudah saatnya kita bersama-sama membuat HIDUP INI LEBIH BERHARGA
Saling menghargai,
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat,
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman/memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai…
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung,
Jadilah teman setia tanpa syarat,
Jauhkan niat jahat untuk mencelakai teman/memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi kita.
Apa yang ditabur, itulah yang akan kita tuai…
Selamat berakhir pekan….
Kisah hidangan kepala
ikan
Dikisahkan di
sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek nenek yang
dikenal sangat rukun nan romantis.
Di meja makan
tersedia hidangan ikan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang
kakek melayani sang nenek dengan mengambilkannya kepala ikan, kemudian
mengambil sisa ikan tersebut untuk dirinya.
Sang
nenek terdengar berkata, “Suamiku, kita telah menikah 50 tahun. Dan selama
ini aku begitu mencintaimu. Namun terus terang, aku kecewa mengapa engkau
selalu hanya memberiku kepala ikan saja bahkan sampai hari ini? Tahukah engkau
kalau sebetulnya aku sangat tidak suka makan kepala ikan? Selama 50 tahun ini
aku selalu berusaha memberikan bagian daging terbaik untukmu dan hanya menyantap
kepala ikan yg tdk enak ini. Engkau sungguh tidak memahamiku. Aku tidak tahan
lagi untuk mengungkapkan hal ini.”
Mendengar
ungkapan kekecewaan sang nenek, sang kakek terkejut dan hatinya sangat sedih
mendengarkannya. Akhirnya, sang kakek pun menjawab, “Istriku, saat engkau
memutuskan menikah denganku, aku bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan
memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah
hidangan kesukaanku sejak kecil. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala
ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak
menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan
favoritku. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena
banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku.”
Mendengar hal
tersebut, sang nenek pun menangis terharu. Merekapun akhirnya berpelukan.
Kadang hanya
karena masalah sepele, hubungan sampai kandas. Kualitas hubungan
tergantung pada seberapa jauh kita mengenali orang lain, seberapa besar kita
memahami dan memakluminya. Butuh kelapangan dada dan kebesaran jiwa.
Mari belajar
memahami pasangan, saudara, sahabat dan kerabat dengan kerendahan hati.
Selalulah berpikir, berkata dan bertindaklah secara bajik nan bijak… Selamat
menikmati hidup dengan kualitas terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar