Kamis, 29 Agustus 2013

Definisi Konsolidasi Dalam Perusahaan

Definisi Konsolidasi Dalam Perusahaan

  • definisi konsolidasi Konsolidasi adalah dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi hokum dan sebagai gantinya didirikan suatu perusahaan dengan nama yang baru meskipun secara financial perusahaan baru tersebut mengambil alih asset hak dan kewajiban dari 2 perusahaan yang bubar tersebut
  • Konsolidasi adalah peleburan 2 badan hokum menjadi 1 badan hokum baru
  • Konsolidasi adalah penggabungan usaha antara 2 perusahaaan atau lebih dimana untuk meneruskan kegiatan usaha  gabungan dibentuk perusahaan baru dan semua perusahaan yang bergabung menghentikan kegiatannya (Aliminsyah)
  • Konsolidasi adalah adanya 2 PT atau lebih yang menggabungkan diri menjadi 1 PT. (Rudi Prasetya :53)
  • Konsolidasi adalah semua pT yang pernah ada bubar dan meleburkan diri menjadi 1 PT, (Rudi prasetya :53)
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Definisi Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran negara, di Indonesia, hal ini terkait dengan APBN ( Anggara Pendapatan dan Belanja Negara).
Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal. Kebijakan fiskal sangat berhubungan dengan pemasukan atau pendapatan negara, diantara pendapatan negara antara lain misalnya : bea dan cukai, devisa negara, pariwisata, pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, impor, dan lain-lain .
Sedangkan untuk pengeluaran negara misalnya : belanja persenjataan , pesawat, proyek pemerintah, pembangunan sarana dan prasarana umum, atau program lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, memang keduanya sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Pengertian Likuidasi

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya Menurut PP 25 tahun 1999 pasal 1

Pengukuran likuiditas

Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar).
Rasio likuiditas antara lain terdiri dari: Current Ratio : adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Quick Ratio: adalah membandingkan antara (total aktiva lancar – inventory) dengan kewajiban lancar.

Proses Likuidasi Bank

Menurut Peraturan LPS Nomor 02 tahun 2008
•Tindak Lanjut Pencabutan Izin Usaha
•Tim Likuidasi
•Pembubaran Badan Hukum Bank
•Penyelesaian Kewajiban kepada Pegawai Bank
Dalam Likuidasi
•Pemberesan Aset dan Kewajiban Bank
•Pengawasan dan Pelaporan Pelaksanaan
Likuidasi Bank
•Pengakhiran Likuidasi Bank
•Pertanggung Jawaban Tim Likuidasi

Contoh bank yang dilikuidasi

1. PRA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL (BPPN)
–BANK SUMMA TAHUN 1992
–16 BANK TAHUN 1997
2. PENANGANAN BPPN 54 BANK DENGAN KATEGORI
•BANK BEKU OPERASI (BBO)
•BANK TAKE OVER (BTO)
•BANK BEKU KEGIATAN USAHA (BBKU)
3. PASCA BPPN
–BANK GLOBAL (2005)
–BANK IFI dan BPR TRIPANCA(2009)
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Pengertian IHSG

Halim (2003 : 8), Indeks Harga Saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian ekonomi, tetapi juga menampung kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market).
Sunariyah (2003 : 147), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 101) ISHG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. ISHG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. ISHG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.
Return indeks merupakan tingkat keuntungan dari indeks pasar yang akan diterima oleh para investor. Didalam penelitian ini indeks pasar yang digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Return IHSG dapat dihitung dengan formula sebagai berikut (Halim, 2003 : 79) :
Ri = (Pit – Pit-1) / Pit-1
Ket :     Ri            = Return indeks pasar (IHSG)
            Pit           = Indeks pasar (IHSG) pada periode t.
Pit – 1     = Indeks pasar (IHSG) pada periode t -1 (tahun sebelumnya).
Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ada di pasar modal sangat berpengaruh terhadap investasi portofolio yang akan dilakukan oleh para investor. Karena peningkatan keuntungan IHSG akan meningkatkan investasi portofolio yang akan di lakukan oleh para investor untuk menambah penanaman modal pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek melalui informasi-informasi yang diterima oleh para investor mengenai sekuritas-sekuritas yang ada di bursa efek dengan melihat tingkat keuntungan yang diharapkan oleh para investor dari tahun ke tahun.
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Apa Itu Bailout

Bailout dalam istilah ekonomi dan keuangan digunakan untuk menjelaskan situasi dimana sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, seperti perusahaan atau sebuah bank diberikan suatu injeksi dana segar yang likuid, dalam rangka untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Seringkali bailout dilakukan oleh pihak pemerintah atau konsorsium beberapa investor yang akan memintaperan kendali pada entitas tersebut sebagai timbal balik untuk dana yang disuntikkan.
Umumnya, bailout adalah respon terhadap adanya kesulitan pada aliran dana jangka pendek, dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki asset yang cukup, akan disuntikan dana oleh pemerintah atau konsorsium investor untuk “tide it over” hingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan
Bailout untuk perusahaan yang dilakukan oleh pemerintah memanglah kontroversial karena suatu kebangkrutan adalah fenomena yang notabene disebabkan oleh kegagalan bisnis akibat tidak terpenuhi keinginan konsumen dalam mekanisme pasar, karenanya bailout adalah suatu campur tangan pemerintah kedalam mekanisme pasar yang melampaui keinginan konsumen di pasar.– tidak heran usulan Bill Bailout pada sektor pasar modal Amerika Serikat sebesar 700 milyar USD, sebelum disetujui oleh House of Representative sempat ditolak oleh Senat (DPD-nya USA) – Terlebih lagi bila mengingat dana yang digunakan dalam bailout ini dipastikan berasal dari dana pemerintah APBN/APBD yang notabene berasal dari para pembayar pajak yang mengharapkan asas korespondensi tercipta lebih baik dalam hal penerimaan dan alokasi pengeluaran hasil pajak.
Bailout dari pihak pemerintah untuk sebuah entitas usaha/sektor biasanya dilakukan ketika entitas usaha/sektor tersebut dipertimbangkan sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak “too big to fail” – dijustifikasi oleh argumen bahwa kegagalan pada beberapa perusahaan akan menimbulkan kemandekan perekonomian yang harus dihindari dan diselesaikan segera dalam jangka pendek.
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Macam-Macam Obligasi

Surat Berharga Jangka Panjang ( OBLIGASI)

Surat Berharga Jangka Panjang ( OBLIGASI)
à surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (Pemodal) dengan yang diberi pinjaman  (Emiten).
Umumnya :           – BUMN (Bapindo, Jasamarga, BTN)
                              – Pihak Swasta
Ciri-cirinya :
  1. Mempunyai nilai (ParValue/ FaceValue/Principal) menunjukan jumlah yang harus dibayar oleh penerbit obligasi pada saat jatuh tempo.
  2. Adanya tingkat bunga (Coupun Rate) yaitu tingkat bunga obligasi yang ditentukan mengacu pada besarnya presentase tingkat bunga obligasi.
  3. Jatuh tempo (maturitas) saat perusahaan penerbit obligasi harus membayar sebesar nilai pari obligasi kepada pemegangnya.
Macam-macam Obligasi :
1.      Debenture       : Obligasi tidak dijamin dengan aktiva tertentu tetapi oleh tingkat likuiditas.
2.      Subordinate Debenture : Obligasi yang mempunyai nilai resiko tinggi karena pemegang obligasi diklasifikasikan berdasarkan siapa yang akan dibayar terlebih dahulu jika perusahaan mengalami ke-failed-an.
3.      Obligasi Pendapatan (Income Bonds)            : Obligasi tidak dijamin oleh aset tertentu dan perusahaan penerbit tidak mempunyai kewajiban membayar bunga secara periodik.
4.      Obligasi Hipotik (Mortgage)   : Oblogasi yang dijamin oleh asset tertentu, jelas dan tidak bergerak.
5.      Call Provision  : Obligasi yang dapat ditarik kembali dan disebutkan pada nilai berapa (call price). Dari sisi pemegang obligasi timbul ketidakpastian yang tinggi sehingga kompensasi hasilnya harus tinggi. Selisih antara call price dan nilai nominal disebut call premium.
6.      Sinking Fund Provision          : Peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang untuk melunasi sebagian obligasi dalam waktu tertentu sehingga perusahaan harus menyisihkan dana khusus untuk membayar kewajiban tersebut.
7.      Junk Bond & Quilt Edged Bond
à Junk Bond        : Obligasi yang berkualitas rendah dan sering tidak memakai jaminan (dalam rangka mengambilalih perusahaan melalui Leverage Buyout)
à Quilt Edged Bond       : Obligasi yang berkualitas tinggi yang diterbitkan oleh perusahaan yang telah terbukti kemampuannya dalam mendapatkan laba yang relatif besar pada jangka waktu beberapa tahun serta membayar bunga secara konsisten tanpa interupsi
8.      Serial Bond     : Obligasi yang jatuh temponya beberapa kali secara periodic.
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Akuntansi Surat Berharga Perbankan

Pedoman Akuntansi Surat Berharga
Isi pedoman akuntansi surat berharga perbankan pada dasarnya tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan akuntansi surat berharga untuk perusahaan-perusahaan non-bank—sumbernya sama-sama PSAK. Hanya saja, karena institusi perbankan terikat oleh aturan Bank Indonesia dan undang-undang bank, maka Bank Indonesia menerbitkan ‘Pedoman akuntansi perbankan Indonesia (PAPI)‘—dimana surat berharga perbankan diatur secara khusus.
Apa itu surat berharga? PAPI terbaru (2008) menyebutkan: “Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.”
Termasuk dalam kelompok surat berharga, yaitu: Surat Utang Negara, Sertifikat Bank Indonesia, Efek Beragun Aset (EBA), negosiasi wesel ekspor, credit links notes, dan reksa dana (termasuk penempatan dana awal bank sebagai sponsor dalam reksa dana).
Catatan: Surat berharga yang dapat dimiliki bank mengikuti peraturan perundang-undangan dan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.

Kategori Surat Berharga Pada Bank

Secara umum, surat berharga yang dimiliki/dibeli oleh bank dapat dibukukan dalam 4 (empat) kategori aset keuangan, yaitu:
1. Surat Berharga Yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi – Meliputi (1) Surat berharga yang dimiliki/dibeli untuk dijual kembali dalam waktu dekat, dan atau untuk memperoleh keuntungan jangka pendek; (2) Surat berharga yang pada saat dibeli ditetapkan untuk Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi (fair value option) meskipun tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan. Untuk dapat diukur pada nilai wajar tersebut, bank harus memenuhi persyaratan dalam PSAK 55 dan ketentuan yang berlaku lainnya mengenai penggunaan fair value option.
2. Surat Berharga Yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo – Meliputi: (1) Surat berharga dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan; (2) Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki surat berharga tersebut hingga jatuh tempo.
3. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang –  Yaitu surat berharga dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak memiliki kuotasi di pasar aktif.
4. Tersedia untuk Dijual – Meliputi: (1) Surat berharga yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kategori Tersedia untuk Dijual; (2) Surat berharga yang dimiliki/dibeli dimana bank mungkin tidak akan memperoleh kembali pokok surat berharga tersebut secara substansial, yang bukan disebabkan penurunan kualitas surat berharga.
Surat berharga yang dimiliki hingga jatuh tempo terbatas pada surat berharga utang dengan tujuan memperoleh pendapatan bunga dan surat berharga utang tersebut baru akan dicairkan pada saat jatuh tempo.
Surat berharga utang tidak boleh diklasifikasikan dalam kategori ini apabila maksud pemilikannya hanya untuk periode yang tidak ditentukan dan ‘Tersedia untuk Dijual’ untuk menghadapi:
  • Perubahan tingkat bunga pasar dan perubahan yang berhubungan dengan risiko yang sejenis;
  • kebutuhan likuiditas;
  • perubahan dalam ketersediaan dan hasil investasi alternatif; dan
  • perubahan dalam risiko mata uang asing


Penetapan Nilai Wajar Surat Berharga

Penetapan nilai wajar surat berharga dilakukan berdasarkan hirarki berikut:
  • Kuotasi di pasar aktif, yaitu berdasarkan bid price (harga beli yang dikuotasikan oleh broker atau dealer) atau ask price (harga jual yang dikuotasikan oleh broker atau dealer).
  • Dalam hal tidak terdapat pasar aktif, bank dapat menggunakan teknik penilaian yang meliputi: (1) Harga dari transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar; (2) Harga dari transaksi pasar terkini dari instrumen lain yang secara substantial sama; atau (3) penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan model penetapan harga opsi.


Penurunan Nilai Surat Berharga

Evaluasi penurunan nilai dilakukan terhadap surat berharga dalam kategori selain yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi. Pembayaran setelah surat berharga mengalami penurunan nilai:
1) Setelah surat berharga mengalami penurunan nilai, maka setiap penerimaan pembayaran dari issuer akan langsung mengurangi nilai tercatat surat berharga. Nilai tercatat surat berharga setelah penurunan nilai merupakan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang mencakup arus kas yang bersumber dari pokok dan bunga yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif. Oleh karena itu, tidak diperlukan proses pengalokasian atas pembayaran yang diterima dari issuer untuk membayar pokok atau bunga.
2) Apabila issuer melakukan pembayaran dengan jumlah yang berbeda dengan estimasi arus kas masa datang, maka bank harus melakukan estimasi arus kas kembali dan menyesuaikan nilai tercatat surat berharga.


Pemulihan Penurunan Nilai Surat Berharga

Terdapat kondisi tertentu dimana pada periode-periode selanjutnya terjadi pemulihan penurunan nilai, yaitu jika nilai kini estimasi arus kas masa datang melebihi nilai tercatat surat berharga sehingga jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit issuer). Misalnya, issuer melakukan pembayaran kewajiban yang tidak diantisipasi atau melebihi antisipasi bank.
Dalam kondisi tersebut, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan dengan menyesuaikan jumlah cadangan kerugian penurunan nilai, yaitu maksimal sebesar cadangan kerugian penurunan nilai yang sudah dibentuk.


Penghentian Pengakuan Surat Berharga

Dalam laporan keuangan, bank dapat menghentikan pengakuan (derecognition) atas surat berharga yang dibeli/dimiliki jika dan hanya jika:
1) Bank tidak lagi memiliki hak kontraktual atas arus kas masa datang dari surat berharga tersebut; atau
2) Bank telah mentransfer surat berharga tersebut dimana transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan.
Dalam laporan keuangan konsolidasi, kriteria penghentian pengakuan akan diberlaku kan pada tingkat konsolidasi. Dengan demikian bank harus mengkonsolidasikan seluruh laporan anak perusahaan sebelum melakukan evaluasi penghentian pengakuan.
Tidak termasuk dalam pengertian penghentian pengakuan adalah penghapusbukuan surat berharga yang telah mengalami penurunan nilai dimana bank telah membentuk cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nilai tercatat surat berharga karena bank masih memiliki hak kontraktual atas penerimaan arus kas masa datang yang berasal dari surat berharga tersebut. Meskipun tidak termasuk dalam kriteria penghentian pengakuan bank dapat mengeluarkan surat berharga yang dihapusbuku dari neraca.
Surat berharga dapat dihapusbuku apabila cadangan kerugian penurunan nilai telah dibentuk sebesar 100%. Penghapusbukuan dilakukan secara keseluruhan terhadap nilai tercatat surat berharga dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Pelaksanaan penghapusbukuan surat berharga dapat dilakukan bersamaan dengan penghapusan hak tagih.
Dalam laporan keuangan konsolidasi, kriteria penghentian pengakuan akan diberlakukan pada tingkat konsolidasi. Dengan demikian bank harus mengkonsolidasikan seluruh laporan anak perusahaan sebelum melakukan evaluasi penghentian pengakuan.
Tidak termasuk dalam pengertian penghentian pengakuan adalah penghapusbukuan surat berharga yang telah mengalami penurunan nilai dimana bank telah membentuk cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nilai tercatat surat berharga karena bank masih memiliki hak kontraktual atas penerimaan arus kas masa datang yang berasal dari surat berharga tersebut.
Catatan:
Efek beragun aset – adalah surat berharga yang diterbitkan oleh penerbit berdasarkan aset keuangan yang dialihkan oleh kreditur asal.
Reksa dana – adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Obligasi konversi (convertible bond) -  adalah obligasi yang mengandung fitur opsi konversi (convertible option) yang memberikan hak kepada pembeli obligasi untuk mengkonversi obligasi ke dalam sejumlah saham tertentu pada tanggal yang telah ditetapkan dan harga konversi yang telah disepakati.
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Pengertian dan Definisi Deviden

Pengertian Deviden
Stice at al (2004:902) menyatakan bahwa “Deviden adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”.
Sedangkan menurut Skousen et al (2001:757) yang dikutip oleh Manurung & Siregar (2008:3) ”Deviden adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Jenis Deviden
Ada beberapa jenis Deviden (Siswi Nirwanasari, 2007:22) yaitu :
  1. Deviden kas, Deviden yang paling umum dibagikan perusahaan adalah bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya Deviden kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian Deviden tersebut.
  2. Deviden aktiva selain kas (Property Devidend), Kadang-kadang Deviden dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, Deviden dalam bentuk ini disebut property Deviden. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagang atau aktiva-aktiva lain.
  3. Deviden hutang (scrip Devidend), Deviden hutang timbul apabila laba tidak dibagi saldonya, mencukupi untuk pembagian Deviden, tetapi saldo kasnya tidak cukup sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip Devidend yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip Devidend ini mungkin berbunga mungkin tidak.
  4. Deviden likuidasi, Deviden likuidasi adalah Deviden yang sebagian merupakan pengembalian modal. Apabila perusahaan membagi Deviden likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba, dan berapa yang merupakan pengembalian modal sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.
  5. Deviden saham, Deviden saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Deviden saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.

Definisi Deviden

Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
  1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
  2. pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
  3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
  4. pembagian laba dalam bentuk saham;
  5. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
  6. jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;
  7. pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
  8. pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;
  9. bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
  10. bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
  11. pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
  12. pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Pembayaran deviden, atau yang  dikategorikan sebagai pembayaran deviden, kepada Orang Pribadi, Firma, Perseroan Komanditer (CV), yayasan, dan organisasi sejenis serta perusahaan terbatas (PT) sebagai Wajib Pajak dalam negeri, BUMN, BUMD (seperti Bank Pemerintah, Bank Pembangunan Daerah dll.) yang memiliki penyertaan saham dibawah 25 % dikenakan pajak penghasilan Pasal 23 sebesar 15 % dari jumlah bruto deviden yang terutang atau dibayarkan. Apabila penerima deviden tidak memiliki NPWP pengenaan PPh adalah 100 % lebih tinggi dari semula (pajaknya jadi 30 % dari jumlah deviden bruto). Khusus untuk deviden yang diterima oleh WP Orang Pribadi Dalam negeri dikenakan PPh Pasal 17 ayat (2c) sebesar 10% final.
Pembayaran deviden kepada Wajib Pajak Luar Negeri selain kepada BUT dipotong/dikenakan pajak penghasilan (PPh Pasal 26) sebesar 20 % dari jumlah bruto, atau sesuai dengan tarif dalam Tax Treaty negara Indonesia dengan negara domisili Wajib Pajak Luar Negeri yang bersangkutan.
Sumber : Penjelasan Pasal 4 Angka (1) Huruf g; Pasal 4 Angka (3) Huruf f; dan ketentuan Pasal 23 serta Pasal 26  Undang-Undang Nomor : 7 Tahun 1983 sttd Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;  serta Peraturan Pemerintah Nomor : 138 Tahun 2000 Tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Pengertian Laporan Keuangan menurut Zaki Baridwan, Intermediate Accounting edisi 8

laporan keuangan

2.1 kerangka teori
2.1.1 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi- transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan ( Zaki Baridwan, Intermediate Accounting edisi 8, 2004, hal. 17 )
2.1.2 jenis – jenis laporan keuangan
PSAK No. 1 ( Revisi 1998 ) tentang penyajian laporan keuaangan menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen – komponen sebagai berikut :
1) Neraca
- Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal terentu (( Zaki Baridwan, Intermediate Accounting edisi 8, 2004, hal. 17 ) .
- Neraca adalah salah satu laporan keuangan yang memeberikan informasi tentang kekayaan yag dikuasai dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan yaitu laba serta uatang ( kewajiban ) dan modal pada suatu saat tertentu ( Ali Machmud, pengantar akuntansi 1, Hal 22 ) .
- Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca ( Darsono dan Ashari, peddoman praktis memahami laporan keuangan adisi 1, 2005, hal. 18 ).
Susunan Neraca terdiri dari :
a) Aktiva
1) Aktiva Lancar.
2) Aktiva Tetap.
3) Aktiva Lain – lain.
b) Pasiva
1) Utang lancar/utang jangka pendek.
2) Utang jangka panjang.
3) Modal sendiri/Ekuitas.
Neraca dapat disusun dalam beberapa bentuk yang berbeda, dimana urut – urutan kelompok baik aktiva maupun pasiva juga berbeda – beda. Bentuk neraca yang sering ditemui dalam praktik ada 2 macam, yaitu :
a) Bentuk rekening T, dimana aktiva dibagian kiri dengan urutan sebagai berikut :
1) Aktiva lancar.
2) Investasi jangka panjang.
3) Aktiva tetap berwujud.
4) Aktiva tetap tidak brwujud.
5) Aktiva lain – lain.
Sedangkan pasiva disusun dibagian kanan dan dibagi menjadi 2 lelompok, yaitu uatang dan modal. Utang disuusun dengan urut – urutan sebagai berikut :
a) Utang lancar
1) Utang dagang.
2) Utang wesel.
3) Uang muka langganan/titipan.
4) Utang biaya.
5) Utang lancar lain – lain.
b) Pendapatan diterima dimuka
1) Utang jangka panjang.
2) Utang lain – lain.
Modal disusun dalam neraca dengan urut – urutan sebagai berikut :
1) Modal saham beredar.
2) Agio/disagio saham.
3) Modal penilaian kembali.
4) Modal sumbangan.
5) Modal lain – lain.
6) Laba tidak dibagi.
- Belum ada tujuannya.
- Dicadangkan.
b) Bentuk laporan, dimana aktiva, uatang dan modal disusun dengan urutan kebawah (vertikal). Perincian terhadap masing – masing kelompok baik aktiva, pasiva maupan utang dilakukan dengan cara yang sama seperti dalam neraca bentuk rekening T, sebagai berikut :
a) Aktiva
1) Aktiva lancar.
2) Investasi jangka panjang.
3) Aktiva tetap berwujud.
4) Aktiva tetap tidak brwujud.
5) Aktiva lain – lain
b) Utang
1) utang lancar
- Utang dagang.
- Utang wesel.
- Uang muka langganan/titipan.
- Utang biaya.
- Utang lancar lain – lain.
2) Pendapatan diterima dimuka
3) Utang jangka panjang.
4) Utang lain – lain.
c) Modal
Modal saham beredar.
1) Agio/disagio saham.
2) Modal penilaian kembali.
3) Modal sumbangan.
4) Modal lain – lain.
5) Laba tidak dibagi.
- Belum ada tujuannya.
- Dicadangkan.
2) Laporan Laba Rugi
laporan Laba Rugi adalah Laporan yang menunjukkan pendapatan – pendapatan dan biaya – biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu.
Sselisih antara pendapatan – pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yag dierita perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang – kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan.
Oleh karena itu betapa pentingnya laporan laba rugi sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga untuk mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang di dapat dalam satu periode.
Susunan Laporan Laba Rugi terdirfi dari :
a) Pendapatan.
b) Laba rugi usaha.
c) Beban pinjaman.
d) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diberlakukan menggunakan metode ekuitas.
e) Beban pajak.
f) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan.
g) Pos luar biasa.
h) Hak minoritas.
i) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Bentuk laporan laba rugi dapat disusun menjadi dua bentuk sebagai berikut :
a) Multiple Step (bertahap)
Bentuk multiple step adalah bentuk laporan laba rugi di mana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatan – pendapatan dan biaya – biaya yang disusun dalam urut- urutan teratur sehingga bisa dihitung penghasilan – penghasilan sebagai berikut :
1) Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan.
2) Penhasilan usaha bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha.
3) Penghasilan brsih sebelum pajak, yaitu penghasilan uasaha bersih ditambah dan dikurangi dengan pendapatan – pendapatan dan biaya – biaya di luar usaha.
4) Penghasilan bersih setelah pajak, yaitu penghasilan bersih sebelum pajak dikurangi pajka penghasilan.
5) Penghasilan bersih dan elemen- elemen luar biasa, yaitu penghasilan bersih sesudah pajak ditambah dan/atau dikurangi dengan elmen – elemen yag tidak biasa ( sesudah diperhitungkan pajak penghasilan untuk pos luar biasa).
b) Single Step
Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokan pendapatamn dan biaya ke dalam kelompok – kkelompok usaha dan diluar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara :
1) Pendapatan– pendapatan dan laba – laba.
2) Biaya – biaya dan kerugian – kerugian.
3) Laporan Perubahan Modal/Ekuitas
Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan yang memberikan informasi tentang penyebab bertambah atau berkurangnya modal selam periode tertentu.
Laporan perubahan modal pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
a) Adanya investasi awal dari pemilik.
b) Adanya investasi baru.
c) Adanya laba atau rugi.
d) Dan adnya prive atau penarikan oleh pemiik.
Elemen atau unsur – unsur yang termasuk di dalam laporan perubahan modal terdiri dari :
a) Investasi mula – mula atau modal awal.
b) Laba rugi selam periode yang besangkutan.
c) Prive atau penarikan modal oleh pemilik.
d) Dan modal akhir.
4) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan pelengkap atau tambahan bagi laporan keuangan utama perushaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal.
Laporan ini memberikan informasi tentang arus kas yang keluar akibatadanya transaksi yang terjadi di perusahaan selama perriode tertentu. Untuk penyusunan lapooran arus kas, perusahaan dapat menggunakan metode lagsung dan tidak langsung untuk menyusun laporan arus kas.
Metode penyajian langsug adalah metode panyajian yang menampakkan/mengungkapkan kelompok uatama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran lkas bruto. Sedangkan metode tidak langsung, metode yang laporan aliran kas disusun dalam tiga kelompok yaitu arus kas dari kegiataab operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan. Dengan dmikian, metode langsung untuk menyusun laporan aliran kas dapat menyajikan informasi yang lebih lengkap dibanding dengan metode tidak langsung.
2.1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan secara umum
adalah sebagai berikut:
1) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal
perusahaan pada waktu tertentu.
2) Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
3) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktiva, kewajiban dan modal suatu perusahaan.
4) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja manajemen perusahaan yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi dasar apakah manajemen berhasil atau tidak dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan dapat tergambar dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen.
2.1.4 Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan oleh perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Ada beberapa pihak yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan, antara lain:
1) Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan, pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank bersangkutan. Selain itu dengan diumumkannya laporan keuangan secara luas, maka bonafiditas dari bank yang bersangkutan akan diketahui dengan mudah, sehingga bagi calon debitur akan dapat memilih bank mana yang akan mampu membiayai proyeknya.
2) Bagi Pemilik/Pemegang Saham
Bagi pemegang saham sebagai pemilik, memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan untuk kemajuan perusahaan dalam menciptakan laba dan pengembangan usaha bank tersebut. Jika dianggap tidak memuaskan maka kemungkinan manajemen yang ada sekarang segera akan diganti dan sebaliknya. Penilaian pemegang saham akan lebih ditekankan pada kemampuan manajemen dalam mengembangkan modalnya untuk memperoleh laba yang rasional, dan kemampuan manajemen bank yang bersangkutan dalam mendukung perkembangan usahanya.
3) Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah, baik bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter dan pengembangan sektor-sektor industri tertentu. Mengingat kedudukannya yang sangat strategis tersebut tidaklah mengherankan apabila Bank Indonesia merasa perlu mengadakan pengawasan dan pembinaan yang intensif terhadap bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. Bahkan jika perlu akan ikut campur tangan langsung apabila ada suatu bank mengalami berbagai kesulitan yang serius, dan sudah tentu hal ini pula cukup melegakan para penyimpan dana.
4) Bagi Perpajakan
Pihak pajak akan dapat lebih mudah menjalankan tugasnya dalam menetapkan besarnya pajak perseroan bagi bank yang bersangkutan, dengan mempelajari laporan keuangan yang telah diumumkan. Hal ini karena laba bank yang bersangkutan akan terlihat jelas dari laporan laba rugi. Selain dari itu dapat untuk mengukur kewajaran laba atau rugi yang diumumkan tersebut pihak pajak juga akan dapat membandingkanya dengan bank-bank lain yang sejenis.
5) Bagi Karyawan
Karyawan berkepentingan untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatkan kesejahteraan apabila bank memperoleh keuntungan dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan bank sebagai perusahaan jasa memang selayaknya kesejahteraan para karyawan harus mendapatkan perhatian yang lebih, mengingat para karyawan tersebut merupakan faktor produksinya yang utama. Di samping itu dengan mengetahui perkembangan keuangannya para karyawan juga berkepentingan terhadap penghasilan yang diterimanya tiap akhir tahun apakah sudah sepadan dengan pengorbanan yang diberikan kepada bank di mana ia bekerja.
6) Manajemen Bank
Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam megelola sumber daya yang dimilikinya.
By romannurbawastore Posted in Akuntansi

Pengertian Lengkap tentang Laba

Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah perusahaan, Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
  1. Laba kotor, Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan
  2. Laba Operasional, Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.
  3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax) , Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatkan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.
  4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden kepada para pemegang saham.
sedangkan Pengertian Laba Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa)

“ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS”.

BAB.I

PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan ekonomi yang begitu cepat membuat masyarakat lebih kritis dalam berfikir untuk mengikuti perkembangan informasi ekonomi. Salah satu informasi ekonomi yang di gunakan adalah informasi keuangan, perusahaan adalah salah satu pihak yang menyediakan informasi keuangan tersebut,yaitu berupa laporan keuangan yang digunakan bagi perusahaan bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan kondisi keuangannya kepada pihak pihak yang berkepentingan,terutama bagi pihak investor,kreditur,dan pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Pihak perusahaan dituntut untuk menyajikan informasi laporan keuangan tersebut dengan jelas dan lengkap agar dapat digunakan secara optimal oleh para pemakainya.
Laporan keuangan menyajikan laporan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. Posisi keuangan perusahaan ditunjukan dalam laporan neraca. Dalam laporan neraca tersebut kita dapat mengetahui kekayaan atau asset perusahaan yang dimiliki (sisi aktiva),dan di sisi pasiva dapat kita ketahui dari mana dana-dana untuk membiayai aktiva (dari modal sendiri aatau hutang) tersebut kiata peroleh sedangkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dapat kita lihat dalam laporan laba rugi yang diterbitkan oleh perusahaan.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan memang memberikan informasi posisi dan kondisi keungan perusahaan akan tetapi laporan tersebut perlu kita analisa lebih lanjut dengan alat analisa keuangan yang ada untuk mendapat kan informasi yang lebih berguna dan lebih spesifik dalam menjelaskan posisi dan kondisi keuangan perusahaan. Adapun alat analisis yang dapat kita gunakan adalah rasio likuiditas ,raasio solvabilitas ,rasio rentabilitas . Analisa dengan rasio likuiditas akan memberikan kita informasi seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi.
Kegunaan dari laporan keungan itu sendiri yaitu data akuntansi yang diambil dari laporan laba rugi dan neraca dalam beberapa periode pencatatan kedua elemen tersebut berasal dari elemen laporan keuangan. Dengan adanya data tersebut dapat dianalisa melalui analisa rasio likuiditas,rasio solvabilitas,dan rasio rentabilitas. Masing masing analisa tersebut akan memberikan informasi tentang kinerja keuangan suatu perusahaan.
Karena melihat pentingnya manfaat dari analisa likuiditas,solvabilitas,dan rentabilitas suatu perusahaan bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan serta di tunjang data data dan teori yang selama ini penulis peroleh maka penulis ingin menyajikan penulisan ilmiah ini dengan judul “ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS”.

1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
1.2.1. Rumusan Masalah
Laporan keuangan sangat penting bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan sebuah perusahaan, karena dengan laporan tersebut dapat diketahui bagai mana kondisi keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu Pada penulisan ilmiah ini penulis ingin merumuskan permasalahan yaitu bagaimana kondisi keuangan pada perusahaan dengan menganalisis laporan keuangannya ?.

1.2.2. Batasan Masalah
Agar lebih fokus dalam penulisan ilmiah ini penulis hanya membatasi masalah yang berkaitan dengan laporan keuangan dengan rasio likuiditas, solvabilitas,dan rentabilitas berdasarkan data laporan keuangan PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk. Periode tahun 2004-2008.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Dalam penulisan ilmiah ini penulis bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dilihat dari tingkat likuiditas,solvabilitas,dan rentabilitas berdasarkan data dari laporan keuangan tahun 2004-2008.

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1.Bagi Penulis
Manfaat yang dapat di ambil bagi penulis dari penulisan ilmiah ini adalah penulis dapat mengetahui kondisi keungan suatu perusahaan yang dilihat dari tingkat likuiditas,solvabilitas,dan rentabilitas.
1.4.2.Bagi Universitas
Penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi suatu bahan pustaka,referensi,serta dapat membantu pembaca, khususnya mahasiswa/I yang mempunyai minat untuk meneliti kondisi keuangn suatu perusahaan.
1.4.3.Bagi Perusahaan
Penulisan ilmiah ini diharapkan menjadi pedoman atau sebagai bahan evaluasi bagi manajemen perusahaan agar dapat dijadikan masukan dan dasar dalam pengambilan keputusan.

1.5 METEDOLOGI PENELITIAN
1.5.1.Objek Penelitian
Objek yang di guanakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data laporan keuangan PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk. Yang berdomisili di Jalan Jenderal Sudirman kav. 76-78, Jakarta.



1.5.2.Data atau Variabel
Data yang di gunakan dalam penilisan ilmiah ini adalah data historis yang berupa data laporan keuangan dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. dari tahun 2007-2008 ( sebanyak lima periode )
1.5.3.Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data primer,yaitu penulis mencari data melalui lembaga lain seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), di tempat tersebut tersedia data laporan keuangan perusahaan.

1.5.4.Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode kuantitaif (berupa angka).hanya pada perhitungan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
b. Cash Rasio
c. Quick Rasio
2. Rasio Solvabilitas
a. Total Debt to Total Equity ratio
b. Total Debt to Total Assets ratio
c. Long Term Debt to Total Equity Rasio
3. Rasio Rentabilitas
a. Net Profit Margin Ratio
b. Return Of Investment
c. Operating Income Ratio
d. Return of Equity



BAB.II

LANDASAN TEORI

2.1.Pengertian Laporan Keuangan
laporan keuangan yang pada mulanya hanyalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, untuk selanjutnya juga di gunakan sebagi dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan, kemudian dengan hasil penilaian tersebut pihak-pihak yang berkepentingan membuat suatu keputusan. Jadi laporan keuangan diperlukan untuk mengetahui posisi keuangan dari suatu perusahaan tersebut selama kurun waktu tertentu.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan ;2004 :
“laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keungan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat di sajikan dalam berbagai cara seperti, sebagai laporan arus kas (cash flow) atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Menurut S. Munawir (2004:2) :
“laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagi alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.


Ada tiga jenis laporan keuangan pokok yang dihasilkan :
1. Neraca
Merupakan laporan keuangan secara sistematis tentang harta, utang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Secara spesifik neraca di maksudkan untuk membantu pihak eksternal untuk menganalisis likuidasi perusahaan dan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
2. Laporan Laba / Rugi
Merupakan laporan secara sistematis tentang penghasilan-penghasilan, biaya-biaya, serta laba / rugi bersih suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan ini dipandang sebagai laporan akuntansi paling penting dalam laporan tahunan.
3. Laporan Arus Kas
Tujuan pokok aliran kas adalah memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembiayaan kas perusahaan salama periode tertentu. Tujuan kedua laporan arus kas adalah untuk memberika informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan dan operasi perusahaan pada periode tertentu.

Berikut ini adalah pengelompokan rasio keuangan menurut (Bambang Riyanto 1997;330):
1. Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Rations)
yang tergolong dalam rasio ini adalah semua datanya diambil atau bersumber pada neraca.
2. Rasio-rasio keuangan laba / rugi (Income Statement Rations)
yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan laba / rugi.

3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Rations)
semua angka yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba / rugi.

2.2.Pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan
1. Investor
Investor sebagai pihak yang menanamkan modalnya kedalam perusahaan membutuhkan informasi keuangan dan hasil operasi perusahaan untuk mengetahui dan menilai profit sebagai pertimbangan untuk memutuskan bekerja sama dengan memberikan modal kepada perusahaan yang bersangkutan.

2. Karyawan
Karyawan dan kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
1. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertari dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
2. Pemasok dan kreditur usaha lainya
Pemasok dan kreditor usaha lainya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo, kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman,
3. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
4. Pemerintah
Pemerintah dari berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dank arena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistic pendapatan nasional dan statistic lainnya.
5. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagi cara misalnya, perusahaan dapat memberikan konstribusi berarti dalam perekonomian nasional,termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestic. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.3.Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Sofyan Syarif ,1998 :
“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.


2.4.Keunggulan Analisa Rasio
Analisa rasio ini mempunyai keunggulan dibanding dengan teknik analisa lainnya.keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan .
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mngetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lainnya secara periodik.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

2.5.Keterbatasan analisa rasio
Disamping keunggulan dari teknik ini,teknik ini juga mempunyai beberapa keterbatasan,yaitu sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada angka rasio.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang dipakai tidak sama.

2.6.Jenis Rasio
Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisannya cocok untuk memahami perusahaan.umumnya rasio yang terkenal dan popular adalah:rasio likuiditas,solvabilitas,rentabilitas.
1.Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.
Di tinjau dari likuiditas, maka keadaan perusahaan dapat dibedakan :
a. Likuid, perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
b. Ilikuid, perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya.
Disamping itu likuiditas digolongkan atas :
a. Likuiditas badan usaha, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan ( kreditur ).
b. Likuiditas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada pihak dalam perusahaa.
Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut :

A. Current Ratio
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang apsti, namun standar umumyang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dapat dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar.

B. Quick Ratio
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semaki besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid test rasio.
Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsaip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.

C Cash Ratio
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera di uangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1, 00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya, tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaianya tergantung kebijakan perusahaan.


2.Rasio Solvabilitas
Rasio solvabiliats menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.
Besarnya ukuran umum yang dipakai adalah 200% atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila rasionya kurang dari 200%.
Di tinjau ari solvabilitas, maka keadaan perusahaan di bedakan menjadi :
a. Solvable, perusahaan mampu memenuhi semua kewajiban keuangan nya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Insolvable, perusahaan tidak mampu memenuhi semua kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi.

Yang termasuk raqsio solvabikitas antara lain :
A. Total Debt to Total Equity Ratio
Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik ( ekuitas ). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio ndiatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.
B. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini membandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, kita dapat mengetahui bebrapa bagian aktiva yang di gunakan untuk menjamin utang. Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi


C. Long term Debt to Equity Ratio
Rasio ini membandingkan antara utang jangka panjang dan modal pemilik. Rasio ini menunjukan berapa bagian modal pemilik yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal pemilik untuk menutup utang jangka panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur jangka panjang.
Ditinjau dari segi likuiditas dan solvabilitas, maka suatu perusahaan dapat mengalami keadaan :
a. likuid dan Solvabel
yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban keuanganya baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Likuid tetapi Insolvabel
Yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya tetapi tidak dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
c. Likuid dan Solvabel
Yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya
d. likuid dan Insolvabel
yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.



3.Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,kas,modal,jumlah karyawan,jumlah cabang,dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis rasio rentabilitas adalah sebagai berikut:
A. Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bung dan pajak. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.
B. Return On Investment
Return on investment adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.
C. Operating Income Rastio
Rasio ini membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dan penjualan bersih.rasio ini menunjukan berapa bagian penjuaalan neto yang merupakan laba usaha. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin tinggi keuntungan yang di peroleh suatu perusahaan
D. Return On Equity
Adalah rasio yang membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukan kemampuan modal pemilik yang di tanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya.dengan demikian , rasio ini sangat mendapat perhatian para investor.
2.6. Kajian Penelitian Sejenis

1. Nama : Elis Komala
NPM : 10202502
Judul : Analisis laporan keuangan pada PT. Pos Indonesia
Kesimpulan :
Dilihat dari rasio likuiditas yang terdiri dari current rasio sebesar 109,39%, quick rasio sebesar 109,33%, dan cash rasio sebesar 89,73% secara keseluruhan adalah cukup baik.solvabilitas perusahaan yang terdiri dari total asset to debt ratio sebesar 141,03% dan net worth to debt ratio 42,81% dikatakan kurang baik.profitbilitas perusahaan baik dengan basic earnin g power sebesar 0,56%,return on assets sebesar 1,66%,return on equity sebesar 5,45%,dan net profit margin sebesar 3,26%.
2. Nama : Christine Theresia C G
NPM :20204205
Judul :Analisis rasio likuiditas,solvabilitas dan rentabilitas pada PT. Kalbe Farma
Kesimpulan :
1. Rasio likuiditas pada perusahaan dapat dikatakan likuid, dikarenakan aktiva lancar ,kas serta quick assets yang dimiliki dapat menjamin utang lancar.
2. Rasio solvabilitas dapat dikatajan solvable , karena dilihat dari kedua indicator rasionya yaitu total debt to total assts ratio dan long term debt to equity rasio , maka perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendek maupun utang jangka panjangnya.
3. Rasio rentabilitas , dilihat dari keempat indikatornya daoat dikatakan profitable karena laba yang dihasilkan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.


















BAB.III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1. OBJEK PENELITIAN
Objek yang di gunakan oleh penulis adalah PT. INDOFOOD MAKMUR Tbk. Yang berkedudukan di Jakarta yang berkantor pusat di Sudirman Plaza , Indofood Tower, Lt 27. jalan jenderal Sudurman kav.76-78, jakarta. Perusahaan ini di dirikandengan nama PT. Pangan jaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian No. 228 Tanggal 14 Agustus 1990, yang di ubah dengan akta No. 249 tgl 15 November 1990, dan di ubah kembali dengan akta No. 171 Tanggal 20 Januari 1991, kesemuanya di buat di hadapan Beny kristianto S.H, Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari mentri kehakiman republic Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C2-291.HT.01.01 Tahun1991, Tanggal 12 Juli 1991. Serta telah di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No. 579.580 dan 581 tanggal 5 Februari 1991 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tanggal 11 Februari 1992 tambahan No. 611
Berdasarkan keputusan rapat umum luar biasa para pemegang saham sebagai mana di tuangkan dalam akta risalah rapat No. 51 tanggal 5 Februari 1994. yang di buat oleh Beny Kristianto S.H. mengubah namanya yang semula PT. Pangan jaya Inti kusuma menjadi PT. Indofood Makmur, perubahan tersebut telah di setujui oleh menteri kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan no. c2-2048. Ht. 01.04.th.1994, tanggal 9 februari 1994 di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No.360/A. Not/HKM/1994/Pn.Jaksel tanggal 12 februari 1994 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 5791 14 Juni tambahan No.3629.

3.2. DATA YANG DI GUNAKAN
Data yang di gunakan dalam penilisan ilmiah ini adalah data historis yang berupa data laporan keuangan dari tahun 2004-2008, yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi.

3.3. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data sekunder,yaitu penulis terjun langsung kelapangan dengan mencari data dari objek penulisan ilmiah ini serta buku-buku dan artikel yang mendukung penulisan ilmiah ini.

3.4. ALAT ANALISIS YANG DI GUNAKAN
Alat analisis yang di gunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah :
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan. Rasio yang digunakan :

• Current Rasio
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar
Aktiva lancar
Current Rasio =
Utang lancar




• Quick Rasio
Menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan.
Aktiva lancar - Persediaan
Quick Rasio =
Hutang Lancar
• Cash Rasio
Rasio ini menunjukan angka perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya dengan hanya memperhitungkan uang tunai dan efek/surat berharga.
Kas + Efek
Cash Rasio =
Hutang Lancar

2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang apa bila perusahaan tersebut di likuidasi. Rasio yang digunakan :

• Total Debt to Total Equity Rasio
Rasio ini membandingkan total hutang dengan total modal pemilik.
Total hutang
Total Debt to Total Equity Rasio =
Modal sendiri



• Total Debt to Total Assets Rasio
Pada rasio ini membandingkan jumlah total hutang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan.
Total hutang
Total Debt to Total Assets Rasio =
Total aktiva

• Long Term Debt to Equity Rasio
Pada rasio ini membandingkan hutang jangka panjang dan modal sendiri.
Hutang jangka panjang
Long Term Debt to Equity Rasio =
Modal sendir

3. Rasio Rentabilitas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal yang di tanam di dalamnya. Rasio yang digunakan :
• Net Profit Margin Rasio
Membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak serta penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjulan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak.
Laba setelah bunga dan pajak
Net Profit Margin Rasio =
Penjualan bersih



• Return Of Investment
Membandingkan laba setelah bunga dan pajak dengan jumlah aktiva yang bekerja.
Laba setelah bunga dan pajak
Return of investment =
Total aktiva
• Operating Income Rasio
Membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dan penjualan bersih.
Laba sebelum bunga dan pajak
Operating income rasio =
Penjualan bersih

• Return Of Equity
Membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal pemilik.
Laba setelah bunga dan pajak
Return of equity =
Modal sendiri








BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data dan Profil Objek Penelitian
4.1.1 Profil PT. Indofood Sukses Makmur TbK.
Perusahaan ini di dirikandengan nama PT. Pangan jaya Intikusuma berdasarkan akta pendirian No. 228 Tanggal 14 Agustus 1990, yang di ubah dengan akta No. 249 tgl 15 November 1990, dan di ubah kembali dengan akta No. 171 Tanggal 20 Januari 1991, kesemuanya di buat di hadapan Beny kristianto S.H, Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari mentri kehakiman republic Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C2-291.HT.01.01 Tahun1991, Tanggal 12 Juli 1991. Serta telah di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No. 579.580 dan 581 tanggal 5 Februari 1991 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tanggal 11 Februari 1992 tambahan No. 611
Berdasarkan keputusan rapat umum luar biasa para pemegang saham sebagai mana di tuangkan dalam akta risalah rapat No. 51 tanggal 5 Februari 1994. yang di buat oleh Beny Kristianto S.H. mengubah namanya yang semula PT. Pangan jaya Inti kusuma menjadi PT. Indofood Makmur, perubahan tersebut telah di setujui oleh menteri kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan no. c2-2048. Ht. 01.04.th.1994, tanggal 9 februari 1994 di daftarkan di pengadilan negri Jakarta Selatan di bawah No.360/A. Not/HKM/1994/Pn.Jaksel tanggal 12 februari 1994 dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 5791 14 Juni tambahan No.3629.



4.1.2 ruang Lingkup Usaha
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, melaksanakan kegiatannya di bidang industri mie instant serta usaha di bidang penggilingan gandum menjadi tepung terigu dan penyertaan modal pada anak perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan terpadu, perkebunana, pengolahan minyak dan lemak nabati derta distribusi.
Misi PT. indofood adalah perusahaan dalam wujud produk yang bernilai tambah dengan organisasi yang mantap berdasarkan nilai mempertahankan pertumbuhan usaha yang sehat dan meningkatkan nilai investasi para pemegang saham, serta meningkatkan kesejahtraaan para karyawan secara berkesinambungan.

4.2 Hasil Penelitian dan Analisis/Pembahasaan
4.2.1 Penyajian Data
Dalam subbab ini akan dilkukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan untuk menghitung rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas PT. Indofood Makmur TbK. Untuk periode 31 Desember 2007, Desember 2008.

4.2.2 Perhitungan
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dengan mengadakan suatu analisis terhadap laporan keuangan akan dapat diketahui gambaran tentang posisi keungan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan menganalisis laporan keuangan PT. Indofood Makmur TkB. Dengan menggunakan rasio likuditas, solvabilitas, dan rentabilitas.

4.2.2.1 Rasio Likuiditas

A.Current Ratio
Tahun Aktiva lancar
( Rp ) Hutang lancar
( Rp )
2004 6.415.159.882.000 4.364.101.872.000
2005 6.480.788.000.000 4.422.588.000.000
2006 7.474.205.000.000 6.324.301.000.000
2007 11.809.129.000.000 12.888.677.000.000
2008 14.598.422.000.000 16.262.121.000.000
Tabel 4.1 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Aktiva lancar
Current Ratio = X 100%
Utang Lancar

Tahun 2004

6.415.159.882.000
Current Ratio = X 100 % = 147 %
4.364.101.872.000

Keterangan : Current ratio tahun 2004 sebesar 147 %. artinya setiap utang lancar Rp. 1000 di jaminkan oleh aktiva sebesar Rp. 1470.


Tahun 2005

6.480.788.000.000
Current Ratio = X 100 % = 146 %
4.422.588.000.000

Keterangan : Current ratio tahun 2005 sebesar 146 % artinya setiap utang lancar Rp. 1000 di jaminkan oleh aktiva sebesar Rp. 1460.

Tahun 2006

7.474.205.000.000
Current Ratio = X 100 % = 118 %
6.324.301.000.000

Keterangan : Current ratio tahun 2006 sebesar 118 % artinya setiap utang lancar rp. 1000 di jaminkan oleh aktiva sebesar Rp. 1180.

Tahun 2007

11.809.129.000.000
Current Ratio = X 100% = 92%
12.888.677.000.000


Keterangan : Current Rasio 2007 sebesar 92% artinya setiap utang lancar Rp. 1000 dijaminkan oleh aktiva lancar sebesra Rp. 920.

Tahun 2008

14.598.422.000.000
Current Ratio = X 100% = 90 %
16.262.161.000.000

Keterangan : Curerent rasio 2008 sebesar 90% artinya setiap utang lancar Rp.1000 di jaminkan oleh aktiva lancar sebesar Rp.900


B. Cash Ratio
Tahun Kas + Efek
( Rp ) Utang Lancar
( Rp )
2004 1.394.074.613.000 4.364.101.872.000
2005 972.820.000.000 4.422.588.000.000
2006 1.796.689.000.000 6.324.301.000.000
2007 4.538.051.000.000 12.888.677.000.000
2008 4.271.208.000.000 16.262.161.000.000
Tabel 4.2 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Kas + Efek
Cash Ratio = X 100%
Utang lancar

Tahun 2004

1.394.074.613.000
Cash Ratio = X 100% = 31 %
4.364.101.872.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2004 sebesar 31 % artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp 310



Tahun 2005

972.820.000.000
Cash Ratio = X 100% = 22%
4.422.588.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2005 sebesar 22 % artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp 220.

Tahun 2006

1.796.689.000.000
Cash Ratio = X 100% = 28%
6.324.301.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2006 sebesar 28% artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp. 280.

Tahun 2007

4.539.051.000.000
Cash Ratio = X 100% =35%
12.888.677.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2007 sebesar 35% artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar Rp 350.

Tahun 2008

4.271.208.000.000
Cash Ratio = X 100% = 26 %
16.262.161.000.000

Keterangan : Cash ratio tahun 2008 sebesar 26% artinya setiap utang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh kas & efek sebesar Rp 260.

C. Quick Ratio
Tahun Aktiva lancar
( Rp ) Persediaan
( Rp ) Utang lancar
( Rp )
2004 6.415.059.882.000 2.284.332.398.000 4.364.101.872.000
2005 6.480.788.000.000 2.695.409.000.000 4.422.588.000.000
2006 7.474.205.000.000 2.980.805.000.000 6.324.301.000.000
2007 11.809.129.000.000 4.172.388.000.000 12.888.677.000.000
2008 14.598.422.000.000 6.061.219.000.000 16.262.161.000.000
Tabel 4.3 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Aktiva lancar - persediaan
Quick Ratio = X 100 %
Hutang lancar

Tahun 2004

6.415.059.882.000 - 2.284.332.398.000
Quick Ratio = X 100%=95%
4.364.101.872.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2004 sebesar 95% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp 950
Tahun 2005

6.480.788.000.000- 2.695.409.000.000
Quick Ratio = X 100%=85%
4.422.588.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2005 sebesar 85% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp. 895

Tahun 2006

7.474.205.000.000 - 2.980.805.000.000
Quick Ratio = X 100%=71%
6.324.301.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2006 sebesar 71% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp.710

Tahun 2007

11.809.129.000.000 – 4.172.388.000.000
Quick ratio = X100%=59%
12.888.677.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2007 sebesar 59% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesar Rp 590.

Tahun 2008

14.598.422.000.000 – 6.061.219.000.000
Quick ratio = X100%= 52 %
16.262.161.000.000

Keterangan : Quick ratio tahun 2008 sebesar 52% artinya setiap hutang lancar Rp 1000 di jaminkan oleh aktiva lancar setelah dikurangi persediaan sebesra Rp 520.


4.2.2.2 Rasio Solvabilitas

A .Total Debt to Total Equity Ratio
Tahun Total Utang
( Rp ) Modal Sendiri
( Rp )
2004 10.653.750.756.000 4.256.053.153.000
2005 10.059.357.000.000 4.361.301.000.000
2006 10.571.995.000.000 5.034.463.000.000
2007 18.791.384.000.000 7.190.549.000.000
2008 26.432.369.000.000 8.498.749.000.000
Tabel 4.4 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk


Total Hutang
Total Debt to Total Equity = X 100%
Modal Sendiri

Tahun 2004

10.653.750.756.000
Total Debt to Total Equity = X 100% = 250%
4.256.053.153.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2004 sebesar 250% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 2500

Tahun 2005

10.059.357.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100% = 230%
4.361.301.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2005 sebesar 230% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 2300

Tahun 2006

10.571.995.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100%=209%
5.034.463.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2006sebesar 209% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 2090

Tahun 2007

18.791.384.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100% = 261%
7.190.549.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2007 sebesar 261% artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp 2610.

Tahun 2008
18.791.384.000.000
Total Debt to Total Equity = X 100 % = 311 %
7.190.549.000.000
Keterangan : Total Debt to Total Equity tahun 2008 sebesar 311 % artinya setiap total hutang Rp 1000 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp 3110

B. Total Debt to Total Asset Ratio
Tahun Total Hutang
( Rp ) Total aktiva
( Rp )
2004 10.653.750.756.000 15.669.007.629.000
2005 10.059.357.000.000 14.859.203.000.000
2006 10.5771.995.000.000 16.267.483.000.000
2007 18.791.384.000.000 29.706.895.000.000
2008 26.432.369.000.000 39.594.264.000.000
Tabel 4.5 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Total Hutang
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100%
Total Aktiva



Tahun 2004

10.653.750.756.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100% = 30%
15.669.007.629.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2004 sebesar 30% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 300

Tahun 2005

10.059.357.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100% = 28%
14.859.203.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2005 sebesar 28% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 280

Tahun 2006

10.5771.995.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X 100% = 65%
16.267.483.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2006 sebesar 65% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp.650

Tahun 2007

18.791.384.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X100%= 63%
29.706.895.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2007 sebesar 63% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 630.

Tahun 2008

26.432.369.000.000
Total Debt to Total Asset Ratio = X100%= 67%
39.594.264.000.000

Keterangan : Total Debt to Total Asset Ratio tahun 2008 sebesar 67% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 670.


C. Long Term Debt to Equity Ratio
Tahun Hutang Jangka Panjang
( Rp ) Modal Sendiri
( Rp )
2004 1.271.596.166.000 4.256.053.153.000
2005 121.599.000.000 4.361.301.000.000
2006 1.315.686.000.000 5.034.463.000.000
2007 3.655.698.000.000 7.190.549.000.000
2008 7.200.598.000.000 8.498.749.000.000
Tabel 4.6 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Hutang Jangka panjang
Long Term Debt to Equity Ratio = X 100%
Modal Sendiri

Tahun 2004

1.271.596.166.000
Long Term Debt to Equity Ratio = X 100% = 30%
4.256.053.153.000
Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2004 sebesar 30% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 300
Tahun 2005

121.599.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio = X 100% =28%
4.361.301.000.000
Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2005 sebesar 28% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 280

Tahun 2006

1.315.686.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio = X 100%=28%
5.034.463.000.000

Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2006 sebesar 28% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp. 280
Tahun 2007

3.655.698.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio = X 100%=51%
7.190.549.000.000

Keterangan : Long Term Debt to Total Equity tahun 2007 sebesar 51% artinya setiap total utang Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 510.
Tahun 2008

7.200.598.000.000
Long Term Debt to Total Equity Ratio X 100%=85%
8.498.749.000.000

Keterangan : Long Term Debt to Total Equity Ratio tahun 2008 sebesar 85% artinya setiap total utang sebesar Rp 1000 dijaminkan oleh total aktiva sebesar Rp 850.

4.2.2.3 Rasio Rentabilitas

A. Net Profit Margin Ratio
Tahun Laba Setelah Bunga & Pajak
( Rp ) Penjualan bersih
( Rp )
2004 378.056.338.000 17.918.528.446.000
2005 124.018.000.000 18.764.650.000.000
2006 661.210.000.000 21.941.558.000.000
2007 980.357.000.000 27.858.304.000.000
2008 1.034.389.000.000 38.799.279.000.000
Tabel 4.7 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Laba setelah bunga & pajak
Net Profit Margin Ratio = X 100%
Penjualan Bersih

Tahun 2004

378.056.338.000
Net Profit Margin Ratio = X 100%=2%
17.918.528.446.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2004 sebesar 2% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp. 200


Tahun 2005

124.018.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 0,7%
18.764.650.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2005 sebesar 0,7% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp. 70

Tahun 2006

661.210.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 3%
21.941.558.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2006 sebesar 3% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp. 300



Tahun 2007

980.357.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 3,5%
27.858.304.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2007 sebesar 3,5% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp 350.
Tahun 2008

1.034.389.000.000
Net Profit Margin Ratio = X 100% = 2,7%
38.799.279.000.000

Keterangan : Net Profit Margin Ratio tahun 2008 sebesar2,7%artinya setiap penjualan netto rp 1000 menghasilkan laba sebesar Rp 270.
B. Return On Investments
Tahun Laba Setelah Bunga & Pajak
( Rp ) Total Aktiva
( Rp )
2004 378.056.338.000 15.669.007.629.000
2005 124.018.000.000 14.859.203.000.000
2006 661.210.000.000 16.267.483.000.000
2007 980.357.000.000 29.706.895.000.000
2008 1.034.389.000.000 39.594.264.000.000
Tabel 4.8 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Laba setelah bunga & Pajak
Return On Investment = X 100%
Total Aktiva

Tahun 2004

378.056.338.000
Return On Investment = X 100% = 2,4%
15.669.007.629.000

Keterangan : Return On Investment tahun 2004 sebesar 2,4% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp. 240

Tahun 2005

124.018.000.000
Return On Investment = X 100% = 0.83%
14.859.203.000.000

Keterangan : Return On Investment tahun 2005 sebesar 0.83% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp 83




Tahun 2006

661.210.000.000
Return On Investment = X 100% = 4%
16.267.483.000 .000

Keterangan : Return On Investment tahun 2006 sebesar 4% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp. 400
Tahun 2007

980.357.000.000
Return On Investment = X 100% = 3,3%
29.706.895.000.000

Keterangan Return On Investment tahun 2007 sebesar 3,3% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp 330

Tahun 2008

1.034.389.000.000
Return On Investment = X 100% = 2,7%
39.594.264.000.000

Keterangan : Return On Investment tahun 2008 sebesar 2,7% artinya setiap kemampuan modal yang diinvestasika dalam aktiva Rp 1000 menghasilkan laba netto Rp 270

C. Operating Income Ratio
Tahun Laba Sebelum Bunga & pajak
( Rp ) Penjualan bersih
( Rp )
2004 852.380.462.000 17.918.528.446.000
2005 424.321.000.000 18.764.650.000.000
2006 1.221.206.000.000 21.941.558.000.000
2007 2.876.440.000.000 27.858.304.000.000
2008 4.341.476.000.000 38.799.279.000.000
Tabel 4.8 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk

Laba Sebelum Bunga & Pajak
Operating Income Ratio = X 100%
Penjualan Bersih

Tahun 2004

852.380.462.000
Operating Income Ratio = X 100% = 4,8%
1.798.528.446.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2004 sebesar 4,8% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp. 480

Tahun 2005

424.321.000.000
Operating Income Ratio = X 100%= 2,3 %
18.764.650.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2005 sebesar 2,3% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 230
Tahun 2006

1.221.206.000.000
Operating Income Ratio = X 100% = 5,5%
21.941.558.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2006sebesar 5,5% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 550

Tahun 2007

2.876.440.000.000
Operating Income Ratio = X 100% = 10%
27.858.304.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2007 10% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 1000.

Tahun 2008

4.341.476.000.000
Operating Income Ratio = X !00% = 11
38.799.279.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2008 sebesar 11% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 1100

D. Return On Equity
Tahun Laba Setelah Bunga & Pajak
( Rp ) Modal Sendiri
( Rp )
2004 378.156.338.000 4.256.053.153.000
2005 124.018.000.000 4.361.301.000.000
2006 661.210.000.000 5.034.463.000.000
2007 980.357.000.000 7.190.549.000.000
2008 1.034.389.000.000 8.498.749.000.000







Tabel 4.9 Sumber:PT. Indofood sukses makmur. Tbk
Laba Setelah Bunga & Pajak
Return On Equity = X 100%
Modal Sendiri

Tahun 2004

378.156.338.000
Return On Equity = X 100% = 8,9%
4.256.053.153.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2004 sebesar 8,9% artinya setiap penjualan netto Rp 1000 menmghasilkan laba operasi Rp 890

Tahun 2005

124.018.000.000
Return On Equity = X 100% = 2,9%
4.361.301.000.000

Keterangan : Operating Income Ratio tahun 2005 sebesar 2,9% artinya setiap modal sendiri Rp1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 290
Tahun 2006

661.210.000.000
Return On Equity = X 100% = 13%
5.034.463.000.000

Keterangan : Return On Equity tahun 2006 sebesar 13% artinya setiap modal sendiri Rp1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 1300

Tahun 2007

980.375.000.000
Return On Equity = X 100% = 14%
7.190.549.000.000

Keterangan : Return On Equity tahun 2007 sebesar 14% artinya setiap modal sendiri Rp1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 1400.

Tahun 2008

1.034.389.000.000
Return On Equity = X 100% = 12%
8.498.749.000.000

Keterangan : Return On Equity tahun 2008 sebesar 12% setip modal sendiri Rp 1000 menghasilkan laba netto sebesar Rp 1200.




4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
Berikut ini akan disajikan rangkuman hasil penelitian yang telah di lakukan, yang terdiri dari table serta analisis mengenai penelitian terhadap rasio keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Untuk periode tahun 2004 sampai dengan 2008.

































1. Rasio Likuiditas
Current Ratio tahun 2004 dan 2005 relatif tidak terjadi perubahan, hanya ada penurunan sebesar 1 % pada tahun 2005. akan tetapi pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan. Hal ini mengindikasikan kurangnya kemampuan perusahaan dalam upaya untuk membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Current ratio pada tahun 2004-2008 pada umumnya kurang baik karena masih dibawah rata-rata industri sebesar 200%.
Cash ratio untuk tahun 2004-2005 terjadi penurunan kas dan kenaikan jumlah utang lancar. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan, hal ini meninjukan danya kenaikan kemampuan perusahaan dalam mambayar utang-utang lancar oleh kas.
Quick ratio pada tahun 2004-2005 terjadi peningkatan, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya terjadi penurunan. Hal ini menunjukan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang berupa kas dan piutang penurunan ini isebabkan oleh kenaikan utang lancar.
2. Rasio Solvabilitas
Total debt to Total equity ratio pada tahun 2004-2006 terjadi penurunan yang mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam menjamin total utangnya dengan modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2006-2008 terjadi peningkatan yang disebabkan adanya peningkatan total utang perusahaan. Periode tahun 2004-2008 kurang baik karena angka rasionya di atas 100% , rasio di atas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besra dari pada modal pemilik.
Total debt to total asset ratio tahun 2004-2005 terjadi penurunan sebesar 2% yang disebabkan adanya penurunan total aktiva, sedangkan pada tahun 2006-2008 terjadi peningkatan di sebabkan bertambahnya total aktiva. Untuk periode tahun 2004-2005 di atas rata-rata industri yaiut 20%, ini berarti dari jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan dapat dijaminkan untuk utangnya.
Long term debt to equity tahun 2004, 2005 dan 2006 terjadi penurunan, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang jangka panjangnya oleh moal sendiri. Namun pada tahun 2007-2008 terjadi peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya hal ini disebabkan adanya peningkatan hutang jangka panjang.

3. Rasio rentabilitas
Net profit margin tahun 2005 mengalami penurunan dari tahun tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan , hal ini menggambarkan setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih mengalami peningkatan.
Return on investments tahun 2004, 2005, 2007 dan 2008 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam melaksanakan investasi untuk memperoleh laba bersih menurun. Sedangkan untuk tahun 2006 mengalami peningkatan.
Operating income ratio tahun 2006-2008 mengalami kenaikan, hal ini berarti menunjukan bahwa penjualan bersih yang dilakukan perusahaan menghasilkan laba operasi yang meningkat. Sedangkan pada tahun 2004, 2005 dan 2007 mengalami penurunan.
Return on equity mengalami peningkatan pada tahun 2006 dan 2007, hal ini menggambarkan setiap rupiah modal sendiri yang menghasilkan laba netto mengalami peningkatan. Sedangkan untuk tahun 2004, 2005 dan 2008 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan adanya penurunan laba netto yang diiringi dengan peningkatan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan..


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian di atas telah dikemukakan yaitu analisis likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa posisi keuangan PT. indofood sukses makmur Tbk periode 2004-2008 adalah sebagai berikut:
1) Rasio likuiditas pada perusahaan dapat dikatakan Ilikuid dikarenakan aktiva lancar, kas yang dimiliki belum dapat menjamin utang lancarnya.
2) Rasio solvabilitas pada perusahaan dapat dikatakan solvable, karena dapt dilihat dari kedua indikatornya yaitu total debt to total asset ratio dan long term debt to equity ratio, maka perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendek maupun utang jangka panjangnya.
3) Rasio rentabilitas perusahaan pada umumnya dapat dikatakan profitable karena laba yang dihasilkan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

5.2 Saran
1) Untuk meningkatkan tingkat likuiditas, perusahaan sebaiknya mengurangi jumlah hutang jangka panjang dan meningkatkan aktiva.
2) Rasio solvabilitas sudah cukup baik dan terus ditingkatkan dengan meningkatkan laba yang dipeoleh dan menekan hutang.
3) Rasio solvabilitas dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah penghasilkan tanpa diikuti kenaikan biaya-biaya. Karena jika perusahaan tidak dapat menggunakan modalnya secara efisien maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melunasi hutang-hutangnya.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan penulisan ilmiah ini.